Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan tengah mempertimbangkan pembelian kedelai secara langsung dari petani senilai US$2 per gantang, sebagai bagian dari paket bantuan untuk mengurangi kerugian akibat perang dagang dengan China.
Dikutip dari Reuters, Rabu (22/5/2019), Bloomberg melaporkan, tawaran tersebut dapat mendorong lebih banyak penanaman kedelai AS, kendati terdapat rekor persediaan komoditas tersebut.
China merupakan importir kedelai utama dunia. Untuk tahun kedua berturut-turut, terdapat sedikit prospek bahwa mereka akan membeli kedelai dari Negeri Paman Sam, seiring dengan meningkatnya perang dagang kedua negara. Akibat sengketa dagang tersebut, para petani kedelai AS paling dirugikan tak dapat menjual hasil pertanian mereka.
Pada 2017, China telah membeli sekitar 60% dari ekspor kedelai AS. Namun, pembelian itu terhenti pada tahun lalu ketika Trump menjatuhkan sanksi untuk barang-barang dari Negeri Panda. Keputusan tersebut kemudian menimbulkan balasan dari China, berupa kenaikan tarif impor untuk kedelai, daging babi, jagung, dan produk-produk lain AS.
Departemen Pertanian AS (US Department of Agriculture/USDA) dalam sebuah pernyataan menyatakan, rincian bantuan tersebut akan diberikan kepada para petani. Kemudian mereka diminta untuk membuat keputusan penanaman dan produksi berdasarkan sinyal pasar. Bukan berdasarkan cerita-cerita media yang tidak akurat.
Caitlin Eannelo, Juru Bicara National Association of Wheat Growers kepada Reuters, mengatakan, pihaknya sudah mendengar kabar bantuan 63 sen per gantang untuk gandum.
Baca Juga
Di sisi lain, para petani di seluruh AS sedang berjuang melawan hujan yang menghambat tanaman jagung dan kedelai mereka. Para petani yang belum menanam jagung dapat beralih ke kedelai untuk mendapatkan bantuan tersebut.
Monte Peterson, Anggota Dewan Asosiasi Kedelai Amerika mengatakan, kondisi saat ini sangat sensitif, mengingat begitu banyak negara bagian tertinggal dalam penanaman akibat cuaca.
Awal bulan ini, Trump mengarahkan USDA untuk mengerjakan rencana bantuan baru bagi para petani, sehubungan Washington dan Beijing meningkatkan perang dagang dengan menaikkan tarif barang satu sama lainnya.
Menteri Pertanian Sonny Perdue pekan lalu mengatakan, paket bantuan baru itu kemungkinan besar senilai US$15 miliar hingga US$20 miliar, melebihi hingga US$12 miliar dalam bantuan yang diluncurkan tahun lalu kepada para petani.
Bantuan tersebut tampaknya mendorong para petani untuk menanam lebih banyak kedelai sehingga berpotensi memperburuk persediaan yang membawa harga ke level terendah dalam lebih dari satu dekade.
Matt Conelly, analis di Hightower Report Chicago mengatakan, bantuan untuk kedelai tersebut cukup menarik bagi petani. Mereka kemungkinan mencoba mendapatkan lahan seluas mungkin untuk kedelai dengan mengorbankan tanaman jagung.
“Mereka [petani] melihat bantuan US$2 per gantang dan hal tersebut membujuk mereka untuk menanam kedelai,” katanya.
Negosiasi antara Amerika Serikat dan Cina telah memburuk secara dramatis sejak awal Mei. Perselisihan antara dua ekonomi terbesar di dunia ini telah menelan biaya miliaran, rantai pasokan global bergolak, dan pasar keuangan yang kacau.
Para petani Amerika, yang membantu membawa Trump ke kemenangannya pada pemilu 2016, merupakan salah satu yang paling terpukul.
Bloomberg juga melaporkan, Pemerintah AS tengah mempertimbangkan 63 sen per gantang untuk gandum, 4 sen per gantang untuk jagung. Bantuan ini sebagai bagian dari bantuan hingga US$20 miliar untuk mengurangi kerugian petani AS akibat perang dagang.
Harga kedelai kontrak pengiriman Juli di Chicago Board of Trade terpantau menguat 0,36% atau 3 poin ke level US$825,00 per gantang. Proyeksi gangguan cuaca di Amerika Serikat telah mengangkat harga kedelai menguat beberapa hari belakangan ini.