Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IPO Uber di Bawah Ekspektasi

Penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO) Uber di bawah ekspektasi. Sesaat setelah diperdagangkan di pasar, saham perusahaan teknologi dan penyedia jasa transportasi online itu merosot.
Taksi Uber/rudebaguette.com
Taksi Uber/rudebaguette.com

Bisnis.com, JAKARTA - Penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO) Uber di bawah ekspektasi. Sesaat setelah diperdagangkan di pasar, saham perusahaan teknologi dan penyedia jasa transportasi online itu merosot.

Seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (13/5/2019), penawaran saham Uber dibuka pada US$42, atau 6,7% di bawah harga IPO yakni senilai US$45.

Tak lama setelah itu, harga saham perseroan merosot menjadi US$41,06. Perusahaan mengklaim bahwa perubahan harga ini hanya bersifat sementara.

Tomoaki Kawasaki, seorang analis di Iwai Cosmo Securities Co., mengatakan debut Uber tidak sesuai dengan harapan, sehingga hal itu menyebabkan beberapa investor memilih untuk menjual kembali. Kondisi ini diprediksi akan berdampak ke induk usaha Uber, SoftBank Group Corp.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan seberapa sensitif SoftBank terhadap pergerakan harga Uber ke depan. Tetapi bahkan jika kembali melemah, hal itu tidak memiliki dampak langsung pada keuntungan Vision Fund," ujar Kawasaki.

Publik memang menaruh ekspektasi besar terhadap IPO Uber. Bahkan aksi korporasi ini disebut masuk ke dalam daftar 10 besar IPO dengan nilai tertinggi sepanjang masa di Amerika Serikat (AS).

Tahun lalu, Uber mencatatkan kerugian operasional sebesar US$3 miliar dan laju pertumbuhan terus melemah pada kuartal terakhir, yang mengindikasikan bahwa perusahaan harus mengejar selisih margin untuk mencetak keuntungan.

Dalam pengajuan IPO, Uber menyatakan pihaknya telah membayar tagihan insentif untuk pengemudi senilai US$837 juta sepanjang tahun lalu.

Saat IPO, perusahaan tersebut telah menerima permintaan penjualan senilai US$9 miliar saham melalui kesepakatan yang akan melambungkan nilai bisnis tersebut mencapai US$84 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Tegar Arief

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper