Bisnis.com, JAKARTA—Proyeksi pelemahan dolar AS pada perdagangan Selasa (30/4/2019) diperkirakan memberikan peluang bagi rupiah untuk mengalami penguatan.
Indeks dolar AS pada akhir perdagangan semalam ditutup melemah 0,12% dilevel 97.60. Selasa pagi pukul 8.30 WIB, indeks naik 0,01% menuju 97,866.
Tim analis Asia Trade Point Futures dalam laporannya menuliskan, melambatnya laju inflasi menjadi sentimen negatif bagi nilai tukar mata uang dolar AS pada perdagangan Senin (29/4/2019) malam. Index Personal Consumption Expenditure atau PCE AS periode Maret 2019 tercatat tumbuh di bawah ekspektasi pasar.
“Kondisi ini tampak memperkuat perkiraan pasar bahwa The Fed belum akan mengubah arah kebijakannya,” paparnya, Selasa (30/4/2019).
Namun demikian, consumer spending atau pengeluaran konsumen yang berkontribusi lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS tercatat naik 0,9%. Beragamnya data ekonomi AS ini menjelang hasil keputusan rapat FOMC diperkirakan akan menjadi pertimbangan bagi The Fed dalam menentukan kebijakannya.
Sementara itu, tekanan yang melanda dolar AS di awal pekan ini datang dari angka inflasi CPI zona euro yang diprediksi menunjukkan pertumbuhan. Faktor lainnya adalah adanya komentar yang meyakinkan dari lembaga kredit S&P Global terhadap peringkat kredit Italia.
Semua perkiraan tersebut membuat pasangan EURUSD ditutup menguat sebesar 0,42% sedangkan indeks USD pada akhir perdagangan semalam ditutup melemah 0,12% dilevel 97,60.
Pelemahan dolar AS berpotensi mendorong nilai tukar rupiah untuk menguat, sehingga mendapat rekomendasi beli. Level support ialah 14.173, 14.157, 14.138, sedangkan level pivot 14.192, dan level resistan 14.208, 14.227, 14.243.
Pada perdagangan kemarin, Senin (29/4/2019), nilai tukar rupiah terhadap dolar di pasar spot ditutup melemah 9 poin atau 0,06% ke level Rp14.208 per dolar AS, setelah bergerak pada kisaran Rp14.182-Rp14.213.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
