Bisnis.com, JAKARTA— PT Sari Melati Kencana Tbk. menikmati cuan dari stabilitas kinerja pertumbuhan penjualan toko yang sama atau same store sales growth (SSSG) dan kenaikan harga jual rata-rata.
Perusahaan yang membawahi merek Pizza Hut melaporkan pertumbuhan pendapatan yang kuat sebesar 18,1% secara tahunan sepanjang 2018. Selain itu dalam hal Laba Bersih, juga naik 22,5% secraa tahunan.
Adapun, kinerja keuangan PZZA mencatatkan tingkat marjin kotor yang lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 67%. Selain itu, perusahaan dengan Brand Pizza Hut merealisasikan marjin bersih juga berada pada yang lebih kuat, yakni pada level 4,8%, dibandingkan dengan 4,7% pada tahun sebelumnya
Rasio Hutang terhadap Ekuitas 0,1X dibandingkan dengan 1,2X pada periode yang sama 2017. Selama 2018, perusahaan juga menjaga kestabilan SSSG pada 5,8%, dengan gerai Pizza Hut Restaurant (PHR) 4,8% dan PizzaHut Delivery (PHD) 10,7% apbila dibandingkan pada 2017 sebesar 5,9%.
Direktur PZZA Joe Sasanto mengatakan sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah outlet menjadi 451 di Jakarta hingga akhir 2018 dibandingkan pada akhir 2017 sebanyak 392 gerai. Selain itu, lanjut dia ada kenaikan harga jual rata-rata (ASP) sekitar 3,5% pada awal tahun.
Terhitung ekspansi terbesar dilakukan selama kuartal IV/2018, perusahaan telah membuka 20 outlet baru termasuk 3 toko Pizza Hut Express (PHE) di Jakarta. Setelah merealisaikan outlet pertama PHE pada kuartal III/2018. Menurutnya dengan format gerai yang lebih kecil, telah memungkinkan perusahaan untuk memasuki area ritel yang sebelumnya tidak bisa dijangkau oleh Restoran Pizza Hut seperti di food court dan area publik dengan tinggi lainnya.
“Perusahaan akan secara konsisten pada strategi pertumbuhan dengan membangun lebih banyak gerai sambil mempertahankan margin melalui efisiensi operasional dan pengendalian biaya. Kapasitas infrastruktur perusahaan juga akan berkembang untuk mendukung program ekspansi di kepulauan Indonesia,”ielasnya kepada Bisnis dikutip Minggu (14/4/2019).
Pengeluaran belanja modal PZZA sepanjang 2018 adalah Rp305 miliar, terutama dialokasikan terutama untuk membangun gerai baru secara tepat waktu.
PZZA juga tengah melakukan perluasan fasilitas manufaktur makanan yang ada dan dalam tahap negosiasi dengan pemilik tanah di Jawa Barat mengakuisisi fasilitas manufaktur sosis, pasta, dan fasilitas adonan beku. Konstruksi fasilitas itu akan dimulai pada 2019 dan diharapkan mulai beroperasional pada kuartal I/2020 dan kuartal I/2021.
Tahun ini PZZA menargetkan pertumbuhan pendapatan tak berbeda jauh dengan tahun lalu sebesar 15%.
“Realisasi pendapatan dari gerai baru akan mulai maksimal terakumulasi pada tahun ini,”imbuhnya.