Bisnis.com, JAKARTA--Kalangan analis memproyeksikan pembagian dividen pada tahun ini masih sama dengan tahun sebelumnya.
Kepala Riset MNC Edwin Sebayang memproyeksikan, pembagian dividen dari laba 2018 berpotensi tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Sebab, kondisi ekonomi pada 2018 masih mirip dengan 2017, bahkan ada beberapa sektor yang kurang baik.
"Sektor yang kurang baik pada 2018 yakni properti, perkebunan [CPO], telekomunikasi, transportasi, baja dan semen," katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (11/4/2019).
Dalam kesempatan terpisah, analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi menilai, raihan laba emiten pada 2018 masih sesuai dengan ekspektasi pasar. Menurutnya, kondisi tersebut juga akan berdampak baik pada rencana pembagian dividen pada tahun ini.
Bila ditelisik dari pembagian dividen, katanya, hal itu sangat bergantung dengan capaian laba 2018 dan rencana ekspansi pada 2019. Sebab, bila perusahaan sedang tidak membutuhkan banyak belanja modal, maka laba keseluruhan akan dibagikan kepada pemegang saham.
"Salah satu emiten yang sering membagi dividen hingga 100% yakni PT Unilever Indonesia Tbk.. Namun akan sangat berbeda dengan perusahaan yang berencana ekspansi seperti Sritex," ungkapnya di Jakarta, Kamis (11/4/2019).
Di sisi lain, Wavi memproyeksikan, perusahaan plat merah bakal lebih besar secara persentase pada tahun ini dibandingkan perusahaan swasta. Sebab, persentase pembagian dividen tersebut telah ditentukan setahun sebelumnya.
Dia mengungkapkan, PT Bank Mandiri Tbk. dan PT Semen Gresik Tbk. membagikan dividen yang cukup besar kepada negara. Meskipun Bank Mandiri berencana mengakuisisi Bank Permata, katanya, kewajiban membagi dividen tidak akan hilang.
Untuk sektor otomotif, Wavi memproyeksikan, bila rencana B20 dan B30 berjalan lancar, maka emiten-emiten otomotif akan membutuhkan belanja modal yang cukup besar. Kebutuhan akan belanja modal yang besar, akan menjadi penghambat untuk memperbesar dividen.