Bisnis.com, JAKARTA — Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan bahwa pada perdagangan hari ini, Senin (8/4/2019) sentimen dominan bagi IHSG datang dari pertemuan antara Amerika dan China terkait dengan diskusi perang dagang yang telah usai pekan lalu.
Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, mengatakan bahwa penasihat ekonomi White House Larry Kudlow mengungkapkan bahwa diskusi selanjutnya akan dilakukan melalui telepon dan sejauh ini pembicaraan Amerika dan China berjalan dengan baik tanpa adanya singgungan kedua belah pihak.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga menambahkan dihadapan wartawan bahwa dirinya memuji putaran terakhir diskusi di Washington sebagai kesuksesan besar. Namun, Trump sendiri enggan memprediksi bahwa kesepakatan telah tercapai.
Trump juga mengatakan bahwa Amerika dan China sudah dekat dengan perjanjian perdagangan dan akan diumumkan dalam kurun waktu 4 – 6 minggu kedepan.
Fokus utama pembahasan selanjutnya adalah perlindungan kekayaan intelektual, tarif, dan komitmen kesepakatan. "Sedikit tambahan dari kami bahwa ketika kesepakatan ini terjadi, yang kami khawatirkan justru adalah ketika implementasi perjanjian tersebut dan komitment antara kedua negara," katanya melalui riset harian, Senin (4/8/2019).
Nico mengatakan, para pelaku pasar dan investor akan terfokus kepada data inflasi yang keluar dari Amerika pekan ini, yang mana diestimasikan mengalami kenaikkan di angka 1,8% dari sebelumnya 1,5%.
Baca Juga
Inflasi di Amerika kian menjadi fokus karena masih berada di bawah 2%, yang memberikan potensi kepada The Fed untuk menurunkan tingkat suku bunga. Hal inilah yang disampaikan oleh Trump pada hari Jumat kemarin.
Beberapa pejabat The Fed juga masih terus memahami data yang akan keluar untuk memutuskan langkah lebih lanjut. Kudlow menambahkan bahwa, pemerintah tidak ingin ada langkah-langkah yang dapat menahan kondisi ekonomi atau pasar keuangan. Kudlow juga meminta The Fed untuk berhenti mengurangi neraca keuangannya.
"Kami melihat bahwa apabila memang inflasi bergerak lebih rendah dalam skala luas, hal ini tentu berpotensi bagi The Fed untuk menurunkan tingkat suku bunga, dan impact-nya tentu akan terasa oleh global, baik bagi pasar obligasi maupun saham," kata Nico.
Pasalnya, salah satu point utama ketidakpastian pada awal tahun adalah adanya potensi kenaikkan The Fed hingga 2 kali, meskipun akhir-akhir ini potensi 2 kali itu berubah menjadi 1 kali dan kembali diubah menjadi mungkin tidak akan naik sama sekali.
Apabila The Fed benar benar memangkas tingkat suku bunga, tentu hal ini akan menjadikan tahun ini lebih baik lagi, khususnya tentu bagi emerging market.
Berita selanjutnya datang dari Brexit. Theresa May, Perdana Mentri Britania Raya akhirnya menulis surat kepada Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk untuk menunda proses Brexit hingga 30 Juni, dengan tambahan opsi untuk pergi lebih awal juga parlemen meratifikasi kesepakatan perpisahan.
May juga mengatakan bahwa pemerintah akan mempersiapkan pemilhan Eropa, tetapi May juga menegaskan bahwa May tidak ingin Inggris ikut serta. Ketidakpastian Brexit masih menjadi bagian dari ketidakpastian pekan ini.
Dari dalam negeri, hari ini pasar dalam negeri menanti rilis data cadang devisa. Sementara itu, pada akhir pekan kemarin Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Maret turun dari sebelumnya 125,1 menjadi 124,5.
Optimisme konsumen yang tetap terjaga itu ditopang oleh persepsi konsumen terhadap kondisi saat ini yang tetap kuat dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi pada enam bulan mendatang yang tetap tinggi.
"Menjelang pemilihan presiden dan legislatif, kami melihat investor saat ini cenderung wait and see. Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG berpotensi menguat, tetapi pergerakan yang anomali masih bisa saja terjadi dalam jangka waktu pendek dan kami memproyeksikan IHSG diperdagangkan pada level 6.435 – 6.485," katanya.