Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara Newcastle berhasil rebound dari pelemahannya dan berakhir di zona hijau pada perdagangan Kamis (4/4/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak teraktif Juli 2019 ditutup naik 0,62% atau 0,50 poin di level US$81,40 per metrik ton dari level penutupan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (3/4/2019), harga batu bara Newcastle kontrak Juli berakhir anjlok 3,35% atau 2,80 poin di level US$80,90 per metrik ton, pelemahan hari kelima beruntun.
Di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif Juli 2019 juga rebound bahkan berakhir naik tajam 2,56% atau 1,55 poin di posisi 62,10 pada perdagangan Kamis (4/4), memutuskan pelemahan selama enam hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.
Adapun harga batu bara thermal untuk pengiriman Mei 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange, melanjutkan penguatannya dan berakhir naik 0,46% atau 2,8 poin di level 613,6 yuan per metrik ton pada perdagangan kemarin.
“Pasar batu bara termal tampak optimistis, meskipun kinerja di berbagai daerah penghasil utama berbeda,” ujar Analis Huatai Futures Sun Hongyuan, seraya menambahkan bahwa volume dari Mongolia Dalam telah meningkat, sedangkan penjualan di Shaanxi lebih lemah.
“Konsumsi harian pembangkit listrik sedikit berkurang, sementara persediaan relatif stabil,” tambah Sun, seperti dikutip Bloomberg.
Di sisi lain, harga minyak mentah berakhir variatif di tengah tanda-tanda pengetatan pasokan global yang diimbangi oleh ketidakpastian prospek ekonomi.
Minyak mentah Brent untuk kontrak Juni ditutup naik 0,13% atau 0,09 poin di level US$69,40 per barel pada perdagangan Kamis (4/4/2019) di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Namun, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei ditutup melemah 0,58% atau 0,36 poin di level US$62,10 per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan internasional Brent kehilangan penguatannya di menit-menit menjelang penutupan perdagangan setelah sebelumnya mencapai level US$70,03 per barel. Perkiraan penurunan ekspor OPEC dari perusahaan riset Oil Movements telah mendorong harga naik, seiring dengan meningkatnya ketegangan di Libya.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump juga akan membahas perdagangan dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He, namun belum jelas apakah hasilnya akan memenuhi harapan investor. Trump menghadapi keputusan penting akhir bulan ini tentang apakah akan memperketat sanksi terhadap ekspor Iran sebesar 1,3 juta barel per hari.
"Gambaran fundamental cukup positif dalam hal pengetatan pasokan global," kata Will Rhind, chief executive officer di GraniteShares, seperti dikutip Bloomberg.
“Telah ada reli di pasar ekuitas dan di seluruh komoditas utama, dan minyak adalah salah satu gambaran bagi investor dengan minat bagi aset berisiko,” lanjutnya.
Brent telah menguat 30% tahun ini di tengah konsensus yang berkembang bahwa OPEC dan sekutunya akan memperpanjang pengurangan produksi hingga paruh kedua tahun 2019.
Berkurangnya pasokan yang tidak direncanakan dari Iran dan Venezuela juga semakin membatasi pasar. Namun, Brent telah terhenti di bawah US$70 pekan ini karena dibayangi prospek ekonomi global dan aliran pasokan minyak shale dari AS.
Lebih banyak kisruh dalam negara anggota OPEC Libya dapat mengurangi pasokan lebih lanjut dan mendorong harga Brent mendekati US$75 per barel, ungkap John Kilduff, mitra di Again Capital LLC.
“Meski begitu, ada banyak ketidakpastian, dengan prospek ekonomi global yang goyah di Asia dan Eropa,” katanya.
Pergerakan harga batu bara kontrak Juli 2019 di bursa Newcastle
Tanggal | US$/MT |
4 April | 81,40 (+0,62%) |
3 April | 80,90 (-3,35%) |
2 April | 83,70 (-0,42%) |
Sumber: Bloomberg