Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Kerek Penguatan Bursa Asia

Bursa saham Asia menguat pada perdagangan pagi ini, Jumat (22/3/2019), didorong penguatan bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS).

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia menguat pada perdagangan pagi ini, Jumat (22/3/2019), didorong penguatan bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia Pasific selain Jepang naik 0,25%, sedangkan indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,3%.

Di Wall Street, indeks S&P 500 naik 1,09% dan Nasdaq Composite menguat 1,42% pada perdagangan Kamis (21/3). Sementara itu, indeks Semikonduktor Philadelphia SE melonjak 3,5%.

Saham Apple Inc. yang naik 3,7% mendongkrak penguatan sektor teknologi menjelang debut layanan streaming yang diperkirakan akan digelar oleh produsen iPhone ini pekan depan.

Penguatan Wall Street turut ditopang rilis data ekonomi AS pada Kamis (21/3) yang menunjukkan hasil optimistis. Klaim awal untuk tunjangan pengangguran membukukan penurunan lebih dari yang diperkirakan dan aktivitas pabrik di mid Atlantik rebound tajam.

Data tersebut meredakan kekhawatiran tentang prospek ekonomi AS setelah bank sentral AS Federal Reserve pada Rabu (20/3) mengejutkan investor dengan memperlihatkan sikap dovish yang tajam. The Fed mengantisipasi tidak akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini dan mengakhiri langkah penyusutan neraca.

"Reaksi pasar terhadap pengumuman The Fed utamanya menjadi konsensus bahwa langkah The Fed berikutnya adalah pemangkasan suku bunga,” ujar Naoya Oshikubo, manajer senior di Sumitomo Mitsui Trust Asset.

“Karena data ekonomi dari China dan negara lain belum mencapai titik terendahnya, investor akan melihat fundamental ekonomi untuk saat ini. Jika ada perbaikan, maka pasar dapat mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga Fed,” tambahnya.

Hal lain yang menghantui pasar adalah keinginan kuat Inggris untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit), dengan meningkatnya kekhawatiran tentang Brexit tanpa kesepakatan (no-deal Brexit).

Para pemimpin Uni Eropa mengatakan Inggris dapat meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan pada 12 April jika anggota parlemen pada pekan depan tidak mendukung kesepakatan yang telah diupayakan Perdana Menteri Theresa May dengan UE.

Sementara itu, para pemimpin UE memberi May periode tambahan selama dua bulan, hingga 22 Mei, untuk merealisasikan Brexit jika dia mampu memenangkan voting di parlemen pekan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper