Bisnis.com, JAKARTA — Emiten minuman beralkohol, PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) bakal memacu penjualan segmen produk nonalkohol pada 2019, salah satu strateginya melalui peluncuran produk baru di tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan 2018 audited, penjualan produk nonalkohol hanya memberikan kontribusi 10,57% terhadap total penjualan perseroan sebesar Rp3,65 triliun. Meski kontribusi masih mini, tetapi laju penjualan segmen ini tumbuh dua digit yakni 13,36% menjadi Rp385,68 miliar.
Sebaliknya, segmen produk alkohol yang memberikan kontribusi terbesar yakni 89,43% terhadap total penjualan perseroan, hanya tumbuh satu digit yakni 7,03% menjadi Rp3,26 triliun.
Direktur Independen Multi Bintang Indonesia Bambang Britono mengatakan, perseroan akan meneruskan momentum kenaikan penjualan minuman non-alkohol pada tahun ini. Meski demikian, emiten dengan kode saham MLBI ini tidak dapat memberikan target penjualan maupun pertumbuhan yang dipasang.
Pemilik merek dagang minuman Bintang ini, tetap fokus pada agenda transformasi yakni terus bertumbuh sebagai perusahaan multi beverage. Pada tahun ini, perseroan yang memiliki pabrik alkohol di Tangerang dan Sampang Agung Jawa Timur, serta pabrik non-alkohol di Pacet Jawa Timur itu, berencana meluncurkan produk baru di segmen minuman non-alkohol.
"Kami juga launch produk baru di NAB [minuman non'alokohol] yaitu Fayrouz Dates (kurma)," katanya pada pekan lalu.
Analis PT Indo Premier Sekuritas Willy Goutama mengatakan, segmen produk minuman rendah alkohol dan non alkohol bakal menjadi mesin pertumbuhan pendapatan perseroan. Ini sejalan dengan regulasi baru soal larangan penjualan minuman beralkohol di convenience store dan saluran perdagangan tradisional.
"MLBI merespons dengan meluncurkan produk rendah dan non alkohol untuk menyiasati larangan dan memperluas pasar," katanya dikutip dari riset yang dirilis baru-baru ini.
Peluncuran produk baru di segmen tersebut di antaranya Radler rasa lemon pada 2014 dan rasa jeruk pada akhir 2017, Strong Bow pada 2016 dan rasa blackcurrant, serta Fayrouz untuk segmen minuman non-alkohol pada 2014-2015 dan cita rasa terkini di 2019.
MLBI juga telah melakukan investasi untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Dari segi pesaing, perseroan tidak dapat dibandingkan dengan PT Delta Djakarta Tbk. yang penjualannya hanya sekitar 22% dari total penjualan MLBI.
Kompetitor baru lainnya yakni Orang Tua Group dengan produk bir andalannya Prost, yang setara dengan radler 'Alster', dan Stepsi bir campuran coca. Produk lainnya yakni Heineken, diproduksi oleh MLBI dengan 70% bahan baku atau setara dengan 40% harga pokok penjualan diimpor dari Australia dan Eropa.
MLBI memiliki net profit margin tinggi yakni 34% pada 2018 dan tidak memiliki hutang buku. Secara valuasi, saat ini saham MLBI diperdagangkan dengan PE 31,3 kali yang relatif sesuai dengan produsen FMCG lainnya.
"Risiko yang dapat memengaruhi saham MLBI yakni regulasi yang berpotensi melarang MLBI memasarkan produk minuman rendah alkohol," katanya dalam riset.
Pada perdagangan Jumat (15/3/2019), saham MLBI ditutup menguat 0,14% atau naik 25 poin ke level Rp18.275 per saham. Secara year to date, saham MLBI telah menguat 14,22%. MLBI saat ini diperdagangakan di PER 31,45 kali dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp38,51 triliun.