Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Terkerek Sentimen Arab Saudi dan Venezuela

Harga minyak mentah berhasil rebound pada perdagangan awal pekan ini, didorong langkah Arab Saudi untuk memperpanjang upaya pembatasan pasokan serta ancaman menurunnya produksi minyak di Venezuela.
West Texas Intermediate/Reuters
West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berhasil rebound pada perdagangan awal pekan ini, didorong langkah Arab Saudi untuk memperpanjang upaya pembatasan pasokan serta ancaman menurunnya produksi minyak di Venezuela.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2019 menguat 72 sen ke level US$56,79 per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Senin (11/3/2019), setelah berakhir melorot 1,04% di posisi 56,07 pada Jumat (8/3).

Adapun harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2019 menguat 84 sen ke level US$66,58 per barel di ICE Futures Europe exchange London, setelah ditutup melemah 0,84% di level 65,74 pada Jumat.

Seorang pejabat Arab Saudi mengungkapkan rencana negara ini untuk memproduksi minyak jauh di bawah 10 juta barel per hari (bph) pada bulan April.

Dengan rencana untuk mengekspor kurang dari 7 juta bph, Arab Saudi akan memasok klien dengan jumlah minyak yang jauh lebih sedikit daripada yang mereka minta untuk April, menurut pejabat itu.

Sementara itu, produksi minyak mentah dari sesama anggota OPEC, Venezuela, telah runtuh dalam beberapa hari terakhir setelah berlangsungnya pemadaman listrik selama empat hari, menurut seorang pejabat senior kementerian perminyakan di Venezuela.

Perusahaan minyak milik negara, Petroleos de Venezuela SA, dan mitra usaha patungannya dikatakan tengah berupaya untuk mengoperasikan sumur-sumur dan properti lainnya selama pemadaman listrik yang dimulai pekan lalu.

Penurunan produksi minyak di Venezuela disebutnya sangat parah meskipun tidak memberikan perincian spesifik.

“Dalam hal produksi, tidak ada yang benar-benar bearish tentang pasar,” ujar Brynne Kelly, seorang pedagang energi dan analis yang menjalankan The Fundamental Angle, sebuah konsultan energi di New Jersey.

“Kita masih memiliki Kanada yang menahan, kita masih memiliki upaya pemangkasan [produksi minyak] oleh OPEC. Saat ini, persediaan tidak keluar dari jalurnya,” tambah Kelly.

Minyak telah diperdagangkan dalam rentang ketat di atas level US$55 untuk sebagian besar bulan ini di New York, setelah menguat lebih dari 30% dari posisi terendahnya pada Desember di tengah upaya pembatasan produksi yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Pada saat yang sama, gangguan di negara-negara penghasil minyak seperti Venezuela, Libya, dan Iran juga telah memperketat pasokan, meskipun produksi minyak AS tetap mencapai rekornya.

Pergolakan di Venezuela, pemilik cadangan minyak mentah terbesar di dunia, mendorong produksinya merosot "secara signifikan”, menurut Kepala International Energy Agency (IEA) kepada wartawan di sebuah konferensi energi di Houston.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro