Bisnis.com, JAKARTA — Pengumuman aksi korporasi PT Lippo Karawaci Tbk. hari ini, Selasa (12/3/2019) tentang rencana pengumpulan dana senilai US$1,01 miliar untuk transformasi strategis bisnis perseroan serta perombakan direksi dan komisaris, tidak menjadi sentimen positif yang cukup kuat bagi saham perseroan.
Hingga akhir perdagangan hari ini, saham emiten dengan kode LPKR ini justru ditutup pada level Rp254, melemah -0,78% dibandingkan dengan harga penutupan hari sebelumnya. Pelemahan ini menyebabkan harga saham LPKR kini sudah kembali lagi ke level harga yang sama seperti akhir 2018 lalu.
Sebelum perdagangan dibuka hari ini, LPKR telah mengumumkan rencana pendanaan senilai US$1,01 miliar. Pendanaan tersebut terdiri dari rencana penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issuesenilai US$730 juta, serta dana senilai US$280 juta dari penyelesaian rencana divestasi aset.
Dana tersebut akan digunakan untuk 3 tujuan, yakni mengoptimalkan neraca LPKR melalui penurunan rasio utang dan pelunasan kewajiban-kewajiban utang hingga USD275 juta, menyediakan buffer likuiditas, dan mengoptimalkan nilai pemegang saham melalui investasi di proyek-proyek utama yang sedang berjalan.
Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Kapital, mengatakan bahwa langkah LPKR mengumumkan rencana aksi korporasi ini merupakan upaya perseroan untuk menunjukkan bahwa perseroan memiliki rencana untuk meningkatkan pertumbuhan secara unorganik.
LPKR sebenarnya membukukan kinerja yang cukup baik secara organik dari hasil kinerja 2018 lalu. Pendapatan berhasil tumbuh 18,4% menjadi Rp12,46 triliun, sedangkan laba bersih tumbuh 13% menjadi Rp695 miliar.
Baca Juga
Namun, kinerja organik tersebut terbukti tidak dapat menjadi pendorong pemulihan harga saham LPKR. Sentimen negatif dari kasus suap yang melibatkan proyek perseroan, yakni Meikarta tahun lalu, masih kuat pengaruhnya.
Alfred menilai, pasar masih belum dapat diyakinkan terhadap prospek LPKR, meskipun perseroan mengumumkan adanya rencana aksi korporasi dengan skala yang cukup besar. Menurutnya, pasar baru akan bereaksi lebih positif setelah aksi korporasi tersebut direalisasikan dan perseroan sudah benar-benar mengantongi dana segar.
“Memang yang ditunggu pasar adalah turn around-nya, karena tekanan sentimen negatif tahun lalu sudah cukup besar terhadap harga saham mereka,” katanya, Selasa (12/3/2019).