Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Tergelincir, Investor Tunggu Data Payroll

Pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) tergelincir ke zona merah pada perdagangan pagi ini, Jumat (8/3/2019), setelah mampu menguat tajam pada sesi perdagangan sebelumnya seiring pelemahan mata uang euro.
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) tergelincir ke zona merah pada perdagangan pagi ini, Jumat (8/3/2019), setelah mampu menguat tajam pada sesi perdagangan sebelumnya seiring pelemahan mata uang euro.  

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia melandai 0,118 poin atau 0,12% ke level 97,549 pada pukul 10.34 WIB.

Pergerakan indeks sebelumnya dibuka turun tipis 0,041 poin atau 0,04% di level 97,626, setelah pada perdagangan Kamis (7/3) ditutup menguat 0,82% atau 0,794 poin di level 97,667.

Pada perdagangan Kamis, nilai tukar euro, yang memiliki sekitar 58% bobot pada indeks dolar AS, berakhir melorot 1,01% ke level US$1,1193. Pergerakannya terpantau sedikit naik 0,04% ke posisi 1,1197 pagi ini, Jumat (8/3), pukul 10.44 WIB.

Dilansir Reuters, euro bergerak di kisaran level terendahnya dalam 21 bulan terhadap dolar AS, akibat tertekan oleh serangkaian sinyal dovish yang dilancarkan oleh Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB).

Pada Kamis (7/3), ECB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonominya dan melancarkan kejutan dengan stimulus kebijakan baru sehingga membuat para investor mengkhawatirkan yang terburuk bagi ekonomi global.

Gubernur ECB Mario Draghi mengatakan ekonomi berada dalam periode pelemahan yang berkelanjutan dan ketidakpastian yang meluas, setelah mengumumkan penundaan kenaikan suku bunga.

Otoritas moneter kawasan Eropa tersebut juga mengumumkan putaran baru pinjaman bank dengan bunga rendah lebih awal dari yang diperkirakan, namun dengan syarat yang lebih ketat dibandingkan putaran sebelumnya.

Pasar kini menantikan rilis data nonfarm payroll AS untuk bulan Februari pada Jumat (8/3) waktu setempat, demi memperoleh indikasi terbaru tentang pertumbuhan upah dan kekuatan pasar tenaga kerja.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan peningkatan angka pekerjaan sebanyak 180.000 di AS pada Februari, setelah mencatat pertumbuhan mengejutkan dua bulan berturut-turut sebelumnya, yakni 304.000 pekerjaan pada Januari dan 222.000 pada Desember 2018.

“Apakah dolar AS dapat bertahan pada tren naiknya dalam jangka panjang masih bisa diperdebatkan, tetapi untuk saat ini laporan pekerjaan AS yang kuat akan memberikan dorongan lebih lanjut untuk mata uang itu,” ujar Junichi Ishikawa, pakar strategi senior FX di IG Securities.

“Hal tersebut pada gilirannya akan semakin membebani euro, setelah terjebak dalam penurunan akibat pertemuan ECB dan keresahan tentang Brexit,” tambah Ishikawa.

Posisi indeks dolar AS                                                        

8/3/2019

97,549

(-0,12%)

7/3/2019

97,667

(+0,82%)

6/3/2019

96,873

(+0,01%)

5/3/2

96,866

(+0,19%)

4/3/2019

96,682

(+0,16%)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper