Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tertekan Target Pertumbuhan China, IHSG Melemah

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada awal perdagangan hari ini, Selasa (5/3/2019), di tengah pelemahan bursa saham di Asia.

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada awal perdagangan hari ini, Selasa (5/3/2019), di tengah pelemahan bursa saham di Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG terpantau melemah 0,75% atau 48,57 poin ke level 6.439,85 pada pukul 09.15 WIB, setelah dibuka turun tipis 0,04% atau 2,84 poin di level 6.485,58.

Sepanjang perdagangan pagi ini, IHSG bergerak di level 6.438,13 – 6.485,64. IHSG melanjutkan pelemahannya setelah berakhir terkoreksi 0,18% atau 11,46 poin di level 6.488,42 pada perdagangan Senin (4/3).

Delapan dari sembilan sektor bergerak di zona merah pagi ini, dipimpin sektor konsumer (-1,27%) dan perdagangan (-0,92%). Adapun sektor tambang bergerak sendiri di zona hijau dengan kenaikan 0,11%.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) yang masing-masing turun 0,90% dan 2,83% menjadi penekan utama pelemahan IHSG pada pukul 09.15 WIB.

Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 lanjut melemah 0,75% atau 4,26 poin ke level 560,55, setelah mengakhiri perdagangan Senin (4/3) dengan koreksi 0,13% atau 0,71 poin di posisi 564,81.

Indeks saham lainnya di Asia mayoritas juga melemah pagi ini, di antaranya indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang yang masing-masing melemah 0,78% dan 0,60%, indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,53%, dan indeks Kospi Korea Selatan yang melemah 0,69%.

Di China, dua indeks saham utamanya yakni Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing turun 0,16% dan 0,09% pada pukul 09.01 WIB.

Secara keseluruhan, bursa saham di Asia melemah setelah China memangkas target pertumbuhan ekonominya untuk tahun 2019.

Seperti dilansir Reuters, China memangkas target pertumbuhan untuk tahun ini menjadi 6,0% hingga 6,5%, sesuai dengan ekspektasi analis, dari sekitar 6,5% tahun lalu.

Perdana Menteri China Li Keqiang juga memperkirakan defisit anggaran sebesar 2,8% dari PDB dan Departemen Keuangan menetapkan kuota untuk obligasi khusus pemerintah daerah sebesar 2,15 triliun yuan atau 0,8 triliun yuan di atas kuota tahun lalu.

"Peningkatan obligasi khusus pemerintah daerah cukup besar," kata Naoto Saito, kepala analis di Daiwa Institute of Research, seperti dikutip Reuters.

"Karena dana itu hanya akan digunakan untuk investasi infrastruktur, Anda tidak dapat menghindari kesan bahwa pemerintah mengandalkan investasi untuk mendukung perekonomian dalam jangka pendek daripada de-leveraging. Ini dapat menyebabkan masalah dalam jangka panjang,” lanjutnya.

Bursa Asia juga mengekor pelemahan pada indeks utama Wall Street yang melemah pada hari Senin (4/3), dengan Dow Jones Industrial Average turun 0,79% dan S&P 500 melemah 0,39%. Penurunan tak terduga dalam pengeluaran konstruksi AS disebut sebagai faktor penekan indeks.

Tetapi sejumlah analis melihat pelemahan ini sebagai koreksi yang lama tertunda setelah reli sejak akhir tahun lalu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro