Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Patuhi Kesepakatan OPEC, Nigeria Pangkas Produksi Minyak

Nigeria ambil bagian dalam implementasi kesepakatan produksi OPEC+ pada Februari. Langkahnya ini meningkatkan dampak dari pengurangan pasokan yang telah mendorong naik harga minyak mentah sepanjang 2019.

Bisnis.com, JAKARTA – Nigeria ambil bagian dalam implementasi kesepakatan produksi OPEC+ pada Februari. Langkahnya ini meningkatkan dampak dari pengurangan pasokan yang telah mendorong naik harga minyak mentah sepanjang 2019.

“Kami pada dasarnya mematuhi [kesepakatan OPEC], efektif per Februari. Adanya fluktuasi harga berarti OPEC perlu sedikit lebih kompak, lebih bertekad untuk mencoba mempertahankan pasar [minyak],” jelas Menteri Negara untuk Perminyakan Emmanuel Ibe Kachikwu dalam sebuah wawancara pada Kamis (28/2/2019).

Negara ini berjanji mengurangi produksi sebesar 53.000 barel per hari (bph) mulai Februari.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan aliansinya (OPEC+) telah sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel bph pada paruh pertama tahun 2019 demi mencegah kelebihan pasokan.

Meski kesepakatan ini telah berkontribusi pada lonjakan harga minyak mentah sebesar lebih dari 20% sepanjang tahun ini, implementasinya masih tidak merata.

Arab Saudi melakukan pengurangan lebih dalam dan lebih cepat dari yang dijanjikan, sementara upaya negara-negara lain termasuk Rusia berjalan lambat.

Nigeria pada hakekatnya meningkatkan produksi minyak mentah sebesar 52.000 bph menjadi 1,792 juta pada Januari 2019, menurut estimasi pihak ketiga yang dihimpun oleh sekretariat OPEC.

Namun pada Februari, negara Afrika ini mematuhi batas produksi yang disepakati sebesar 1,685 juta bph, menurut Kachikwu.

Kartel minyak tersebut akan kembali menggelar pertemuan pada April mendatang untuk membahas apakah akan melanjutkan pengurangan pasokan pada paruh kedua tahun ini. Kachikwu mengakui Nigeria akan mengalami kesulitan melakukan pengurangan lebih dalam.

“Jika harus melakukan lebih banyak pengurangan, akan ada tantangan besar karena antara Desember dan saat ini baru ladang minyak Egina yang aktif,” terang Kachikwu.

Menurutnya, ladang lepas pantai, yang dioperasikan oleh raksasa energi asal Prancis Total SA, tersebut belum mencapai tingkat produksi maksimum sekitar 200.000 bph, tetapi mungkin akan mencapainya pada bulan Maret.

Sebagian dari produksinya adalah light oil yang disebut kondensat, yang tidak diperhitungkan dalam kesepakatan OPEC+, dan sebagian lainnya adalah minyak mentah.

“Semakin kami keluar dari parameter dari apa yang telah disepakati, akan semakin besar pula perjuangan kami. Kami membutuhkan uang untuk negara ini,” tandas Kachikwu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper