Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berlanjut pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Kamis (28/2/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 39 poin atau 0,28% di level Rp14.069 per dolar AS, dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (27/2), rupiah berakhir terdepresiasi 38 poin atau 0,27% di level Rp14.030 per dolar AS, mematahkan reli penguatan tiga hari beruntun sebelumnya.
Rupiah mulai melanjutkan pelemahannya terhadap dolar AS ketika dibuka terdepresiasi tipis 10 poin atau 0,07% di level Rp14.040 per dolar AS pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.040 – Rp14.081 per dolar AS.
Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, nilai tukar rupiah masih terlihat undervalued, tetapi akan stabil.
“Ada juga kemungkinan rupiah akan menguat ke bawah level 14.000 per dolar AS,” ujar Perry dalam seminar di Jakarta, seperti dikutip Bloomberg.
BI akan memastikan likuiditas yang cukup di industri perbankan untuk mendukung pinjaman serta menjaga daya tarik aset-aset keuangan domestik.
Bersama rupiah, mata uang lainnya di Asia mayoritas juga melemah terhadap dolar AS, dipimpin won Korea Selatan yang melemah 0,5%.
Nilai tukar mata uang berikut pasar saham Korsel kompak melemah pada perdagangan hari ini, setelah pertemuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berakhir tanpa kesepakatan.
Menurut pernyataan Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un gagal mencapai kesepakatan mengenai denuklirisasi semenanjung Korea dalam pertemuan tingkat tinggi keduanya di Hanoi, Vietnam, pada hari ini.
Padahal kedua pemimpin negara tersebut sebelumnya menyatakan harapan memperoleh kemajuan dalam hubungan antara kedua negara serta mengenai isu denuklirisasi.
"Para pedagang won tidak mengiranya karena mereka telah memperkirakan hasil yang lebih baik dari KTT AS-Korea Utara," terang Min Gyeong-won, seorang ekonom di Woori Bank, seperti dikutip Bloomberg.
Di tengah kegalauan geopolitik ini, nilai tukar yen yang memiliki sifat sebagai safe haven mampu menguat 0,23 poin atau 0,22% ke level 110,76 yen per dolar AS pukul 17.52 WIB, setelah berakhir melemah 0,36% atau 0,40 poin di posisi 110,98 pada Rabu (27/2).
"Pemberitaan mengenai KTT itu mengangkat yen saat ketidakpastian memicu sedikit penghindaran untuk aset berisiko," terang Jun Kato, kepala analis pasar di Shinkin Asset Management, Tokyo.
Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,202 poin atau 0,21% ke level 95,952 pada pukul 17.42 WIB.
Pergerakan indeks dolar sebelumnya dibuka turun tipis 0,07% atau 0,068 poin di level 96,154, tergelincir dari penguatan yang mampu dibukukan pada akhir perdagangan Rabu (27/2) sebesar 0,16% atau 0,151 poin di level 96,154.
“Ada banyak pendorong [untuk dolar AS] tetapi para pelaku pasar tidak dengan mudah bereaksi terhadapnya, sehingga menahan dolar di kisaran sempit,” ujar Bart Wakabayashi, branch manager di State Street Bank & Trust.