Bisnis.com, JAKARTA – Minyak mentah melemah untuk pertama kalinya dalam lebih dari sepekan terakhir setelah data pemerintah AS menunjukkan peningkatan cadangan minyak mentah dan produksi.
Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April melemah 0,4% atau 0,20 poin ke level US$56,96 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak mentah Brent untuk kontrak April melemah 0,01 poin dan berakhir di posisi US$67,07 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Dilansir Bloomberg, Energy Information Administration melaporkan cadangan minyak mentah AS naik selama sepekan terakhir, sedangkan produksi melonjak menjadi 12 juta barel per hari. Selain itu, pergerakan minyak mentah juga mengekor pelemahan indeks S&P 500.
Data EIA menunjukkan stok minyak mentah naik 3,67 juta barel pekan lalu, sementara persediaan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma meningkat 3,41 juta barel, peningkatan terbesar sejak Maret 2018. Peningkatan output adalah yang pertama sejak pertengahan Januari.
“Ada sedikit stabilisasi dalam harga aset, termasuk saham, yang sedikit turun hari ini. Komoditas juga lebih rendah,” kata Brian Kessens, dari Tortoise, seperti dikutip Bloomberg.
Baca Juga
Minyak telah menguat di atas level US$57 per barel tahun ini di New York karena OPEC dan negara sekutunya mulai menerapkan pembatasan produksi sebagai bagian dari perjanjian bersama.
Menteri Energi Saudi Khalid Al-Falih mengatakan dia memperkirakan pasar akan mencapai keseimbangan pada bulan April. Namun, perang perdagangan AS-China yang sedang berlangsung telah membuat para investor khawatir tentang prospek pertumbuhan ekonomi global.
"Produksi minyak mentah AS akhirnya mencapai angka 12 juta barel per hari dan kami memperkirakan jumlah itu akan meningkat dalam beberapa pekan dan bulan mendatang ketika pipa baru di Permian akan mulai beroperasi,” kata Tariq Zahir, manajer dana komoditas di Tyche Capital Advisors LLC.