Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang garuda berhasil terapresiasi melawan dolar Amerika Serikat menjelang rapat dewan gubernur Bank Indonesia atau RDG BI pada pekan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (20/2/2019) pukul 09.53 WIB, rupiah berhasil menguat 0,377% atau naik 53 poin menjadi Rp14.050 per dolar AS. Rupiah berhasil kembali menunjukkan kekuatannya terhadap dolar AS dibandingkan mata uang pasar Asia.
Tercatat, rupiah menduduki posisi ketiga mata uang dengan penguatan terbesar di klasemen Asia di tengah pelemahan dolar AS, mengalahi yen, yuan, baht, hingga ringgit.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback dihadapan mata uang mayor bergerak negatif, melemah 0,05% menjadi 96,467.
Research Analyst FXTM Lukman Otunuga mengatakan, BI diperkirakan mempertahankan suku bunga pada Februari setelah meningkatkan sebanyak enam kali dengan total kenaikan 175 bps pada 2018.
“Federal Reserve yang mengambil posisi 'sabar' dan 'fleksibel' memicu spekulasi penghentian kenaikan suku bunga AS tahun ini, sehingga BI mungkin sedikit lebih lega untuk memangkas suku bunga di kemudian hari,” ujar Lukman seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Rabu (20/2/2019).
Secara umum, rupiah telah menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan terhadap dolar AS sejak awal tahun, tercermin dari kenaikan rupiah selama tahun berjalan mencapai 2,420%.
Oleh karena itu, Lukman menilai rupiah akan berpotensi terus menguat apabila keadaan ekonomi Indonesia dapat menunjukkan kinerja yang baik sehingga dapat mendongkrak selera pasar terhadap mata uang domestik.