Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Persediaan Biji Kakao Dunia Turun 91.000 Ton

Persediaan biji kakao global mencapai 1,48 juta ton pada periode 2017/2018. Jumlah tersebut turun sebanyak 91.000 ton dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 1,57 juta ton.
Pekerja memeriksa buah kakao di Sunggal, Deli Serdang, Sumut, Selasa (8/1). /Bisnis.com
Pekerja memeriksa buah kakao di Sunggal, Deli Serdang, Sumut, Selasa (8/1). /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Persediaan biji kakao global mencapai 1,48 juta ton pada periode 2017/2018. Jumlah tersebut turun sebanyak 91.000 ton dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 1,57 juta ton.

Demikian laporan hasil peninjauan kelompok kerja pakar Organisasi Kakao Internasional (International Cocoa Organization/ICCO) mengenai tingkat stok biji kakao global,  pada akhir Januari lalu, dikutip dari laman resmi ICCO, Selasa (19/2).

Penurunan stok tersebut berbeda dari perkiraan statistik yang diterbitkan oleh ICCO pada November 2018. Dalam statistik itu disebutkan, stok kakao surplus tipis sebanyak 22.000 ton untuk musim 2017/2018. Sejauh ini, Sekretariat ICCO mempertahankan estimasi tersebut.

Tim tersebut juga melaporkan sebanyak 76% persediaan biji tersebut berada di negara-negara importir. Sementara itu, sekitar 19% disimpan di negara-negara produsen, dan 5% kapal kargo pada 30 September tahun lalu.

Sebelumnya, sejumlah analis yang disurvei oleh Reuters, Minggu (17/2), memperkirakan, harga kakao global akan naik tipis pada tahun ini.

Sebanyak tujuh analis tersebut memperkirakan, harga kakao bursa ICE New York pada akhir tahun berada pada level US$2,450 per ton. Adapun harga kakao di bursa ICE London, bertengger pada level 1.850 pound sterling.

Mereka beralasan, faktor kunci yang mesti diperhatikan dalam pasar kakao ini, yaitu volatilitas mata uang, ketika Inggris bersiap meninggalkan Uni Eropa.  

Dalam perdagangan kakao, pound sterling digunakan untuk bertransaksi sehingga kenaikan dan penurunannya mempengaruhi harga.

Selain itu, para analis juga mengingatkan tentang prospek gangguan panen karena cuaca di negara produsen seperti Kamerun juga bakal mempengaruhi harga. Di samping Kamerun, trader juga akan terus mencermati cuaca di Pantai Gading dan tanda-tanda gejolak politik menjelang pemilihan presiden 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper