Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PROYEKSI KUARTAL I/2019: WIKA Kantongi Pipeline Kontrak Offshore Rp3 Triliun 

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. mengantongi pipeline sejumlah kontrak baru dari luar negeri atau offshore dengan total nilai mencapai Rp3 triliun pada kuartal I/2019.
Presiden Direktur PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Tumiyana (kiri) didampingi Direktur Steve Kosasih memberikan paparan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Rabu (17/10/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Presiden Direktur PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Tumiyana (kiri) didampingi Direktur Steve Kosasih memberikan paparan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Rabu (17/10/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA— PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. mengantongi pipeline sejumlah kontrak baru dari luar negeri atau offshore dengan total nilai mencapai Rp3 triliun pada kuartal I/2019.

Direktur Operasi III Wijaya Karya Destiawan Soewardjono mengatakan perseroan memiliki sejumlah proyek luar negeri yang tengah dalam tahap negoisasi. Pertama, emiten berkode saham WIKA itu tengah membahas harga untuk kontrak baru 10.000 unit rumah susun di Aljazair.

Kedua, WIKA tengah melakukan negoisasi dengan Eksim Bank untuk rate financing proyek bangunan kantor di Rwanda. Ketiga, kontraktor pelat merah itu tengah melakukan pembahasan dengan kontraktor utama proyek jembatan di Taiwan.

“[Nilai kontrak] Aljazair Rp2 triliun, Rwanda Rp700 miliar, dan Taiwan Rp300 miliar,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (14/2/2019).

Destiawan mengungkapkan perseroan tahun lalu mengantongi kontrak baru luar negeri senilai Rp6 triliun. Dengan demikian, total kontrak dihadapi atau order book dari proyek luar negeri sekitar Rp9 triliun pada 2018.

Pada 2019, dia mengatakan target kontrak luar negeri yang dibidik perseroan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) Rp4,6 triliun. Akan tetapi, total pekerjaan yang tengah diproses atau dalam pipeline perseroan senilai Rp5 triliun.

“Order book luar negeri akhir tahun jadi Rp10 triliun,” imbuhnya.

Tim Analis PT Sinarmas Sekuritas, dalam riset Equity Market Outlook 2019, menuliskan bahwa WIKA menjadi top pick di sektor konstruksi. Salah satu faktor yang menjadikan saham perseroan sebagai pilihan utama di sektor konstruksi yakni diversifikasi sumber proyek.

“Sumber proyek yang beragam menjamin pertumbuhan kontrak baru yang lebih stabil,” tulis Tim Analis Sinarmas Sekuritas dalam riset.

Selain itu, WIKA juga dinilai memiliki keuntungan dengan adanya kontrak luar negeri. Proyek-proyek tersebut menjadi natural hedging bagi perseroan untuk menghadapi melemahnya nilai tukar.

Sinarmas Sekuritas masih merekomendasikan beli untuk saham WIKA. Target harga dalam 52 pekan berada di level Rp2.210 per saham.

Berdasarkan data Bloomberg, harga saham WIKA ditutup terkoreksi 20 poin atau 1,16% ke level Rp1.710 per saham pada penutupan perdagangan, Kamis (14/2). Kontraktor pelat merah itu diperdagangkan dengan price earning ratio (PER) 13,36 kali.

Sepanjang periode berjalan 2019, laju saham WIKA masih tercatat menghasilkan return positif. Pergerakan tercatat menguat 3,32%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper