Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan penguatan di saat indeks dollar AS menguat dan dan mayoritas mata uang di Asia tertekan.
Nilai tukar rupiah berakhir menguat 25 poin atau 0,18% di level Rp13.948 per dolar AS pada penutupan perdagangan pasar spot hari ini, Jumat (1/2/2019).
Kurs rupiah telah menguat sejak pembukaan yakni naik 0,04% ke level Rp13.967 per dolar AS. Penguatan rupiah itu terjadi di saat indeks dolar AS naik tipis 0,01% atau 0,006 poin ke posisi 95,584 sore ini.
Apresiasi rupiah ini merupakan penguatan hari kedua, setelah kemarin rupiah melonjak ke level terkuatnya dalam sekitar tujuh bulan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sekaligus menjadi jawara di antara mata uang di Asia.
Nilai tukar rupiah di pasar spot rebound dan ditutup menguat 158 poin atau 1,12% di level Rp13.973 per dolar AS pada perdagangan hari Kamis (31/1/2019).
Penguatan rupiah juga terjadi di saat mayoritas mata uang di Asia melemah terhadap dollar AS. Yen Jepang terkoreksi 0,04% ke level 108,93 per Dolar AS berdasarkan data Bloomberg pukul 17.34 WIB.
Yuan China juga melemah 0,58% ke posisi 6,74 per dolar AS, dolar Singapura melemah 0,22% ke level 1,35 per dolar AS, dan dolar Hong Kong juga tertekan 0,01% ke posisi 7,85 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg sore ini.
Sentimen dari bank sentral AS cukup menguntungkan rupiah meninggalkan level Psikologis di bawah 14.000 per Dolar AS. Setelah mengadakan pertemuan kebijakan (FOMC meeting) selama dua hari yang berakhir pada Rabu (30/1/2019) waktu setempat, The Fed memutuskan mempertahankan tingkat suku bunganya di 2,25%-2,50%.
Merujuk pada meningkatnya ketidakpastian tentang prospek ekonomi AS, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan perkara soal penaikan suku bunga telah berkurang dan, dalam sebuah pernyataan, The Fed menurunkan ekspektasi sebelumnya untuk beberapa pengetatan lebih lanjut.
“Situasi saat ini membutuhkan kesabaran,” ujar Powell, merujuk pada prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut.
The Fed juga bergeser ke sikap yang lebih dovish terkait pelepasan aset yang sedang berlangsung, dengan menyatakan siap untuk menyesuaikan rencananya berdasarkan perkembangan ekonomi dan keuangan.
“Rupiah jelas mendapatkan manfaat dari pidato The Fed yang bernada dovish semalam, yang dapat mendukung aliran masuk obligasi pada khususnya,” kata Dushyant Padmanabhan, pakar strategi mata uang di Nomura Holdings Inc., Singapura, dilansir Bloomberg.