Bisnis.com, JAKARTA – Minyak mentah dunia berhasil kembali rebound dipicu dengan data yang menunjukkan kebijakan pemangkasan produksi oleh OPEC dan sekutunya mulai terlihat hasilnya dan sikap The Fed yang lebih dovish sehingga mendorong pasar serta meningkatkan prospek pertumbuhan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (31/1/2019) pukul 20.05 WIB, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediete (WTI) menguat tipis 0,04% atau turun 0,02 poin menjadi US$54,25 per barel. Secara year to date, harga masih bergerak positi naik 19,47%.
Sementara minyak mentah jenis Brent turun 0,35% atau 0,22 poin menjadi US$61,87 per barel. Secara year to date, harga bergerak naik 15%.
Mengutip laporan Konsultan JBC Energy, hasil kebijakan OPEC untuk memangkas jumlah produksi untuk menekan pasokan lambat laun telah terlihat hasilnya sehingga membantu meningkatkan harga minyak di tengah gejolak geopolitik.
“Produksi minyak mentah OPEC telah jatuh menjadi 30,85 juta barel per hari pada Januari 2019,” tulis JBC Energy seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (31/1/2019).
Kebijakan pemangkasan produksi telah dilakukan oleh anggota OPEC dan sekutunya, tercermin dari Menteri Energi Rusia Alexander Novak yang mengatakan, Rusia telah telah memangkas produksi secara bertahap pada bulan ini dan akan mencoba untuk meningkatkan pengurangan jumlah produksi pada bulan depan.
Baca Juga
Rata-rata produksi minyak harian Rusia bulan ini adalah 50.000 barel per hari lebih rendah dari Oktober 2018. Negara tersebut telah berjanji untuk secara bertahap menerapkan pengurangan dari 228.000 barel per hari pada kuartal ini dan mempertahankan angka produksi tersebut hingga akhir Juni.
Selain itu, jumlah produksi minyak mentah oleh Arab Saudi jatuh ke level terendah sejak Oktober 2017 pada pekan lalu. Berdasarkan data Administrasi Informasi Energi AS, Arab Saudi telah mengirim minyak mentah ke AS dalam jumlah paling sedikit dalam 15 bulan terakhir.
Adapun, minyak mentah di bursa New York telah berhasil mengalami rebound pada awal tahun ini setelah jatuh hampir mencapai 40% pada kuartal terakhir 2018 akibat kelebihan pasokan.
Penurunan tajam tersebut mendorong OPEC dan sekutunya untuk membuat kebijakan pemangkasan produksi hingga 1,2 juta barel per hari yang mulai berlaku pada Januari 2019.
Sementara itu, Presiden Nicolas Maduro mengusulkan untuk mengadakan pembicaraan dengan oposisi politiknya, ketika AS dan negara-negara lain terus mendesaknya untuk mundur.
Sebagai informasi, AS memberikan sanksi kepada Venezuela, negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia, dengan memberhentikan impor minyak dari negara tersebut akibat terpilihnya kembali Nicolas Maduro sebagai Presiden Venezuela.
Pasalnya, AS lebih mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden negara yang tengah krisis itu.Venezuela, ,
Investor saat ini tengah menantikan untuk melihat apakah pemerintah Venezuela memutuskan untuk mengumumkan force majeure sebagai tanggapan atas sanksi baru Amerika.
Sanksi AS terhadap Venezuela dapat berdampak pada ekspor sebesar hampir 12 juta barel bulan depan, menurut sebuah program pemuatan yang dipantau oleh Bloomberg. Force majeure melindungi salah satu pihak dari pertanggungjawaban jika tidak dapat memenuhi kontrak karena alasan di luar kendali.