Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Tergelincir Usai Reli Empat Hari

Harga batu bara tergelincir melorot pada akhir perdagangan Senin (21/1/2019), memutuskan reli kenaikan yang mampu dibukukan beberapa hari perdagangan sebelumnya.
Aktivitas bongkar muat batu bara di salah satu tempat penampungan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (3/10/2018)./ANTARA-Irwansyah Putra
Aktivitas bongkar muat batu bara di salah satu tempat penampungan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (3/10/2018)./ANTARA-Irwansyah Putra

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara tergelincir melorot pada akhir perdagangan Senin (21/1/2019), memutuskan reli kenaikan yang mampu dibukukan beberapa hari perdagangan sebelumnya.

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak teraktif April 2019 berakhir melorot 1,25 poin atau 1,23% di level US$100,10 per metrik ton dari level penutupan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (18/1), harga batu bara kontrak April masih mampu ditutup dengan kenaikan 0,05% atau 0,05 di level US$101,35 per metrik ton, penguatan pada hari keempat berturut-turut.

Harga batu bara di bursa ICE Rotterdam untuk kontrak teraktif Mei 2019 juga tergelincir dari penguatannya bahkan berakhir anjlok 4,03% atau 3,50 poin di posisi 83,40 pada perdagangan Senin, setelah mampu menguat empat hari beruntun sebelumnya.

Setali tiga uang, harga batu bara thermal untuk pengiriman Mei 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange ditutup turun 0,27% atau 1,6 poin di level 588 yuan per metrik ton pada perdagangan Senin, mematahkan reli tiga hari berturut-turut sebelumnya.

“Ketika investor mencermati apakah inspeksi keselamatan akan melebar ke daerah sekitarnya, konsumsi batu bara diperkirakan akan turun segera, sehingga membatasi pembelian oleh pembangkit listrik,” jelas Everbright Futures dalam risetnya.

Konsumsi diantisipasi akan turun karena aktivitas pabrik-pabrik akan ditutup untuk liburan Tahun Baru China yang dimulai pada 4 Februari.

“Prospek harga tetap tidak pasti karena ekspektasi akan pasokan yang lebih longgar setelah periode pemanasan untuk musim dingin dibayangi oleh pengetatan jangka pendek [di China],” lanjutnya.

Di sisi lain, harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mampu menetap di kisaran level tertingginya dua bulan di tengah turunnya aktivitas pengeboran AS.

Kendati demikian, pembicaraan perdagangan AS dan China yang sedang berlangsung meninggalkan prospek permintaan yang tidak pasti.

Berdasarkan data Bloomberg, minyak mentah West Texas Intermediate untuk kontrak Februari menguat 0,2% ke level US$53,90 per barel pada pukul pada 12.59 di New York Mercantile Exchange.

Pasar minyak AS ditutup untuk liburan Martin Luther King pada perdagangan Senin (21/1), dan pergerakan harga kontrak dilanjutkan pada Selasa (22/1).

Adapun minyak Brent untuk kontrak Maret ditutup menguat 0,04 poin atau 0,06% di level US$62,74 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London pada Senin (21/1), setelah naik US$1,52 pada perdagangan Jumat (18/1).

Dilansir Bloomberg, jumlah rig pengeboran minyak di AS turun sebanyak 21 ke 852 rig, level terendah sejak Mei dan penurunan terbesar sejak 2016, menurut data Baker Hughes.

Meskipun mengalami penurunan, data Energy Information Administration pekan lalu menunjukkan pengebor AS memompa 11,9 juta barel per hari. Output di AS menuju ekspansi sebesar 1,1 juta barel per hari tahun ini dan dapat melebihi level maksimum Arab Saudi dalam enam bulan ke depan.

“Penurunan (aktivitas pengeboran) diperkirakan tidak akan secara signifikan memperlambat pertumbuhan produksi minyak mentah AS," ungkap analis di konsultan JBC Energy GmbH dalam sebuah laporan, seperti dikutip Bloomberg.

"Volatilitas harga yang terlihat pada akhir tahun lalu tentu saja membuat produsen ragu untuk mengambil kegiatan pengeboran," kata Warren Patterson, analis komoditas senior di ING Bank NV.

Sementara itu, China dan AS hanya membuat sedikit kemajuan dalam pembicaraan tentang kekayaan intelektual, titik utama dalam perundingan kesepakatan untuk mengakhiri perang tarif.

Minyak memulai awal terbaiknya sejak 2001 di tahun ini, setelah merosot hampir 40% kuartal terakhir tahun 2018 di tengah kekhawatiran pasokan pasokan global dan penurunan konsumsi.

Untuk mengatasi kekhawatiran itu, OPEC dan mitranya telah mulai memangkas produksi untuk menyeimbangkan pasar, sementara International Energy Agency memperkirakan permintaan yang relatif kuat tahun ini. Namun, kekhawatiran tetap ada setelah data ekonomi China menunjukkan ekspansi dengan laju paling lambat sejak 1990.

Pergerakan harga batu bara kontrak April 2019 di bursa Newcastle

Tanggal                                    

US$/MT

21 Januari

100,10

(-1,23%)

18 Januari

101,35

(+0,05%)

17 Januari

101,30

(+0,55%)

16 Januari 

100,75

(+2,86%)

15 Januari

97,95

(+1,61%)

Sumber: Bloomberg 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper