Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia & Arab Saudi Isyaratkan Komitmen, Harga Minyak Kian Panas

Harga minyak mentah berhasil menguat pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Rabu (16/1/2019), setelah Rusia dan Arab Saudi mengisyaratkan komitmen mereka di jalur pengurangan produksi yang dirancang untuk menghindari kelebihan pasokan global.
Minyak WTI/Reuters
Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berhasil menguat pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Rabu (16/1/2019), setelah Rusia dan Arab Saudi mengisyaratkan komitmen mereka di jalur pengurangan produksi yang dirancang untuk menghindari kelebihan pasokan global.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Februari ditutup naik 20 sen di level US$52,31 per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak WTI sempat tergelincir hingga sebesar 1,6% sebelumnya pada sesi tersebut setelah Energy Information Administration (EIA) melaporkan lonjakan besar dalam stok bahan bakar.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Maret 2019 berakhir menanjak 1,1% di level US$61,32 per barel di ICE Futures Europe exchange di London. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$8,71 per barel terhadap WTI untuk bulan yang sama.

Menurut wakil menteri energi Rusia, negara ini akan memenuhi targetnya untuk membatasi produksi pada April sebagai bagian dari perjanjiannya dengan OPEC.

Pernyataan ini menyusul laporan AS yang menunjukkan Arab Saudi mengurangi sepertiga pengiriman minyak ke kilang-kilang Amerika pekan lalu.

“Apakah aliansi OPEC+ [negara-negara anggota OPEC dan aliansinya] dapat mengimbangi lonjakan output Amerika sangat penting menentukan arah minyak dalam beberapa pekan ke depan,” ujar Nick Holmes, seorang direktur di Leawood, seperti dikutip Bloomberg.

Harga minyak juga menguat bersama bursa saham AS yang mendapatkan dukungan dari laporan kinerja keuangan sejumlah perusahaan dan kabar lolosnya Perdana Menteri Theresa May dari mosi tidak percaya untuk tetap menjadi pemimpin Inggris.

Minyak mentah telah melonjak kembali ke wilayah pasar yang bullish setelah merosot hampir 40% selama tiga bulan terakhir tahun 2018. Momentumnya dipacu oleh peningkatan hubungan perdagangan antara AS dan China, serta dimulainya pembatasan produksi oleh Arab Saudi dan produsen utama lainnya.

Kendati demikian, harga minyak masih berselisih lebih dari 30% di bawah level tertinggi yang dibukukan pada awal Oktober 2018.

Menteri energi Arab Saudi pada Rabu (16/1) mengungkapkan optimismenya bahwa rencana pengurangan produksi akan mengembalikan pasokan global ke tingkat rata-rata yang normal serta meningkatkan kepercayaan di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper