Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Sentuh Level Penutupan Tertinggi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound sekaligus menyentuh level penutupan tertingginya pada perdagangan hari ini, Kamis (3/1/2019).
Karyawan beraktivitas di samping papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (12/12/2018)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivitas di samping papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (12/12/2018)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound sekaligus menyentuh level penutupan tertingginya pada perdagangan hari ini, Kamis (3/1/2019).

Pergerakan IHSG berakhir di zona hijau dengan menguat 0,64% atau 39,83 poin ke level 6.221,01, level penutupan tertinggi sejak 24 April 2018. Pada perdagangan Rabu (2/1/2019), IHSG ditutup terkoreksi 0,22% atau 13,32 poin di level 6.181,17.

Padahal, IHSG sempat melanjutkan pelemahannya setelah dibuka turun 0,08% atau 5,02 poin di level 6.176,15 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di kisaran 6.176,15 – 6.221,01.

Tujuh dari sembilan sektor dalam IHSG berakhir di zona hijau, dipimpin sektor properti (+2,69%) dan konsumer (+1,61%). Adapun sektor finansial dan tambang memilih menetap di zona merah, masing-masing dengan pelemahan 0,46% dan 0,39%.

Dari 622 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 233 saham menguat, 170 saham melemah, dan 219 saham stagnan.

Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang masing-masing naik 3,18% dan 2,37% menjadi pendorong utama terhadap rebound IHSG.

Di sisi lain, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) yang masing-masing turun 1,15% dan 2,05% menjadi penekan utama sekaligus membatasi besarnya kenaikan IHSG hari ini.

Menurut Vice President Research Department William Surya Wijaya Indosurya Bersinar Sekuritas, IHSG masih terus memperlihatkan usaha kenaikan yang belum terhenti.

Gejolak nilai tukar dan harga komoditas masih akan terus mewarnai pola gerak IHSG hingga beberapa waktu mendatang. Sementara itu, potensi kenaikan akan kembali membesar jika diiringi oleh capital inflow yang signifikan.

Bersama IHSG, nilai tukar rupiah juga rebound dari pelemahannya terhadap dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup terapresiasi 41 poin atau 0,28% di level Rp14.417 per dolar AS.

Sementara itu, aksi beli bersih oleh investor asing berlanjut pada perdagangan hari keempat berturut-turut. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan net buy sebesar Rp188,35 miliar pada perdagangan hari ini.

Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 berhasil rebound dan berakhir menguat 0,49% atau 2,71 poin di level 555,72, setelah menutup perdagangan Rabu (2/1/2019) dengan pelemahan 0,13% di level 553,02.

Pasar Global Terbebani Prospek Apple

Sementara itu, indeks saham lainnya di Asia cenderung bergerak variatif pada perdagangan hari ini di tengah kekhawatiran mengenai perlambatan pertumbuhan global. Indeks FTSE KLCI Malaysia ditutup naik 0,46%, indeks FTSE Straits Times Singapura melemah 0,86%, sedangkan indeks PSEi Filipina mampu berakhir menguat 2,56%.

Adapun indeks Kospi Korea Selatan ditutup melemah 0,81%, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing turun 0,04% dan 0,16%, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong berakhir melemah 0,26%.

Indeks saham emerging market melemah akibat terbebani aksi buru aset safe haven oleh investor menyusul peringatan penurunan prospek pendapatan oleh Apple Inc, sehingga mendorong kekhawatiran tentang melambatnya pertumbuhan global sekaligus memicu penurunan tajam dalam sentimen aset berisiko.

Apple memangkas perkiraan nilai penjualan menjadi sekitar US$84 miliar pada kuartal yang berakhir 29 Desember 2018, dari perkiraan sebelumnya yakni sebesar US$89 miliar hingga US$93 miliar.

CEO Apple Tim Cook mengaitkan sebagian besar penurunan prospek dengan perjuangan perusahaan di China yang terdampak ekonomi dan meningkatnya ketegangan perdagangan negara itu dengan Amerika Serikat.

Sebelumnya, serangkaian survei menunjukkan aktivitas pabrik yang lesu di sebagian wilayah Eropa dan Asia pada Desember 2018. PMI China dari Caixin Media dan IHS Markit yang dirilis Rabu (2/1) dilaporkan turun menjadi 49,7 dari 50,2, level terendah terendah sejak Mei 2017.

Angka ini mengonfirmasikan tren pada angka PMI resmi yang dirilis Senin (31/12/2018), yang menunjukkan penurunan ke 49,4 pada Desember, terlemah sejak awal 2016. Seperti diketahui, angka di bawah 50 menandakan kontraksi.

“Fakta bahwa Tim Cook dan perusahaannya menyebut China sebagai alasan di balik penurunan dalam prospek perusahaan tampaknya persis mengenai titik tekanan pedagang dan investor yang sudah mengkhawatirkannya,” terang Greg McKenna, pakar strategi pasar di McKenna Macro, seperti dilansir dari Bloomberg,

“Yakni perlambatan pertumbuhan China dan global yang tampaknya telah dikonfirmasi oleh data PMI manufaktur global pada Rabu.”

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

(%)

HMSP

+3,18

UNVR

+2,37

ASII

+2,13

CPIN

+3,96

BNGA

+8,76

Saham-saham penekan IHSG:                                                       

Kode

(%)

BBCA

-1,15

BMRI

-2,05

GGRM

-0,89

INKP

-1,74

MKPI

-4,44

Sumber: Bloomberg

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper