Bisnis.com, JAKARTA - Emiten lahan industri, PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. berhasil mengantongi dana senilai Rp1,04 triliun dari penjualan lahan industri seluas 34,5 ha pada 2018.
Investor Relation Bekasi Fajar Industrial Estate, Seri mengungkapkan penjualan lahan industri pada tahun lalu sejalan dengan target yang ditetapkan yakni sekitar 35 ha. Kendati begitu, jumlah inquiry atau permintaan lahan industri pada 2018 cukup meningkat yakni mencapai 88 ha, atau naik dibandingkan dengan 2017 sebesar 78 ha.
"Marketing sales 2018 mencapai Rp1,04 triliun, sehingga harga rerata tanah sekitar Rp3 juta per meter persegi," kata Seri saat dihubungi Bisnis, Rabu (2/1/2019).
Seri menambahkan, pembeli lahan industri yang dimiliki perseroan berasal dari sektor logistik, consumer goods, otomotif, metal dan lain-lain. Adapun pembeli lahan industri BEST masih didominasi investor asal Jepang. Skema penjualan yang dilakukan BEST dengan investor adalah B-to-B.
Bila dibandingkan dengan 2017, maka total penjualan lahan industri BEST mencatatkan penurunan. Sebab, penjualan lahan industri BEST pada 2017 mencapai 42 ha. Namun, pada 2019, BEST optimistis bakal berhasil menjual lahan seluas 40 hektar, mengingat masih tingginya permintaan yang masuk pada tahun lalu. Harga jual lahan per meter pada tahun ini sekitar Rp2,6 juta-Rp3,2 juta, masih sama dengan tahun lalu.
Menurutnya, investor melakukan pembelian lahan industri untuk kebutuhan ekspansi seperti membangun pabrik baru. Di tengah momentum membaiknya kondisi ekonomi domestik, emiten kawasan industri ini yakin bahwa ekspansi perusahaan akan semakin meningkat.
Apalagi dengan dukungan pemerintah dalam berinvestasi, maka kondisi itu menjadi sinyal positif bagi perseroan. Pada tahun lalu, perseroan telah berhasil mengakuisisi lahan baru seluas 51 ha. Dengan demikian, total landbank BEST seluas 725 ha.
Penambahan lahan masih terus dilakukan BEST. Seri mengungkapkan kebijakan internal perusahaan adalah menggantikan lahan yang dijual dengan mencari lahan baru, untuk menjaga luasan landbank.
"Kalau ada tanah yang bagus, maka kami kemungkinan beli lebih besar pada tahun ini. Akan tetapi, kami masih melihat momentum. Belanja modal yang disediakan samapada 2019 sama dengan tahun lalu yakni sekitar Rp600 miliar," tambah Seri.
Sumber dana belanja lahan perseroan berasal dari pinjaman bank dan kas internal. Di sisi lain, BEST pun siap menangkap peluang yang lebih besar untuk mengakuisisi lahan bila mendapatkan kesempatan tersebut.
Sampai dengan September 2018, cash flow yang dimiliki BEST senilai Rp314,13 miliar. Selama 9 bulan 2018, BEST berhasil mengantongi penjualan senilai Rp520,62 miliar, atau turun 18,54% year on year dari posisi Rp639,08 miliar. Maka laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga September 2018 senilai Rp153,44 miliar, turun dari posisi Rp283,21 miliar.