Bisnis.com, JAKARTA—Emiten kontraktor pertambangan PT Darma Henwa Tbk. (DEWA) mengestimasi pendapatan pada 2019 mencapai US$300 juta seiring dengan peningkatan kinerja operasional dan masih positifnya harga batu bara.
Chief Finance Officer (CFO) Darma Henwa Chandrasekaran menyebutkan, perseroan berpotensi mengantongi pendapatan US$300 juta pada 2019, meningkat dari estimasi pendapatan 2018 sebesar US$240—US$250 juta. Mayoritas pemasukan berasal dari jasa kontraktor pertambangan batu bara.
“Dengan estimasi kenaikan produksi batu bara, pendapatan kami juga akan meningkat menjadi US$300 juta,” tuturnya, Rabu (19/12).
Per September 2018, DEWA membukukan pendapatan US$188,87 juta, terkoreksi tipis 0,55% year-on-year (yoy) dari sebelumnya US$189,91 juta. Adapun, laba bersih melonjak 220,20% yoy menuju US$826.192 dari posisi per September 2017 senilai US$258.019.
Dari sisi operasional pertambangan, dalam 9 bulan pertama 2018 perusahaan mencatatakan volume overburden (OB) 75,5 juta bank cubic meter (bcm), naik 18,5% yoy. Produksi batu bara sejumlah 9,7 juta ton, atau cenderung serupa seperti periode yang sama tahun sebelumnya.
Operasional pertambangan tersebut berasal dari tiga proyek, yakni tambang Bengalon milik PT Kaltim Prima Coal (KPC), tambang Batubara Asam Asam milik PT Arutmin Indonesia, tambang Satui milik PT Cakrawala Langit Sejahtera. DEWA juga memegang proyek jasa pelayanan pelabuhan dari PT Dire Pratama.
Presiden Direktur Darma Henwa Faisal Firdaus mengatakan, pada 2019 perusahaan menargetkan volume produksi batu bara sejumlah 17 juta ton dan pengupasan lapisan tanah penutup 125,7 juta bcm. Volume itu meningkat dari estimasi 2018 masing-masing sebesar 13,5 juta ton dan 100 juta bcm.
Kinerja operasional dapat meningkat seiring dengan ketersediaan alat, perbaikan alat, dan pengerjaan penambangan yang disiplin. Pembetulan peralatan mulai dilakukan sejak 2017.
“Sejak tahun kemarin kami membenahi peralatan untuk mengerjakan proyek sesuai permintaan klien. Utilisasi alat itu akan kami naikkan menjadi 85% dari sebelumnya sekitar 75%,” ujarnya.
Pada 2018, perusahaan menggunakan belanja modal US$22 juta, di bawah rencana awal US$40 juta. Capex itu turun karena DEWA mempertimbangkan akses pendanaan.
Dalam 2—3 bulan ke depan, DEWA menargetkan mendapat fasilitas pinjaman dari perbankan domestik atau luar negeri. Untuk total capex 2019 manajemen masih dalam tahap penghitungan.