Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Global Tekan Laju IHSG pada Awal Perdagangan

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,22% atau 13,48 poin ke level 6.156,36 pada pukul 09.28 WIB, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,1% atau 6,21 poin di level 6.163,63.
Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah pada awal perdagangan hari ini, Senin (17/12/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,22% atau 13,48 poin ke level 6.156,36 pada pukul 09.28 WIB, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,1% atau 6,21 poin di level 6.163,63.

Sepanjang perdagangan pagi ini, IHSG bergerak di level 6.152, – 6.174,22. IHSG melanjutkan pelemahannya setelah pada akhir perdagangan Jumat pekan lalu (14/12) ditutup melemah 0,13% atau 7,88 poin ke level 6.169,83.

Enam dari sembilan sektor terpantau bergerak di zona merah pagi ini, didorong sektor industri dasar dengan pelemahan 0,72% dan sektor konsumer yang melemah 0,54%,

Di sisi lain, tiga sektor menguat dan menahan pelemahan IHSG lebih lanjut, dipimpin sektor infrastruktur yang menguat 0,28%. Sebanyak 124 saham menguat, 168 saham melemah, dan 329 saham stagnan dari 621 saham yang diperdagangkan.

Saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang masing-masing melemah 2,19% dan 0,825 menjadi penekan utama terhadap pelemahan IHSG pagi ini.

Dikutip dari risetnya hari ini, tim riset Samuel Sekuritas Indonesia memprediksikan berlanjutnya pelemahan IHSG pada perdagangan hari ini, seiring dengan sentimen negatif dari bursa globalpula dengan momentum January Effect yang diperkirakan masih akan dimanfaatkan pasar untuk melakukan aksi selektif beli. 

Dipaparkan, tiga indeks utama Wall Street jatuh pada Jumat (14/12), dengan Dow turun lebih dari 2%. Hal ini disebabkan penurunan harga saham beberapa perusahaan besar, antara lain turunnya saham Johnson & Johnson setelah berita bahwa perusahaan tersebut diberitakan memproduksi bedak bayi yang mengundang asbes selama beberapa dekade terakhir.

Selain itu, saham Apple merosot 3,2% setelah analis top dari TF International Securities memangkas estimasi penjualan iPhone hingga 20%. Investor juga  mengkhawatirkan data eknomi terakhir China dan Eropa yang terlihat melemah.

Biro Statistik Nasional China mengumumkan produksi industri hanya tumbuh 5,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), yang merupakan laju terlambat dalam hampir 3 tahun terakhir. Pertumbuhan bulan lalu juga lebih lambat daripada konsensus Reuters sebesar 5,9%.

Di sisi lainnya, penjualan ritel di China hanya naik 8,1% YoY pada November, lebih lambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,6% sekaligus masih di bawah ekspektasi pasar sebesar 8,8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper