Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APEX Amankan 4 Kontrak dari Pertamina

Emiten minyak dan gas PT Apexindo Pratama Duta Tbk. (APEX) mengantongi 4 kontrak jasa di darat dan laut pada 2019 yang berasal dari entitas PT Pertamina (Pesero).

Bisnis.com, JAKARTA—Emiten minyak dan gas PT Apexindo Pratama Duta Tbk. (APEX) mengantongi 4 kontrak jasa di darat dan laut pada 2019 yang berasal dari entitas PT Pertamina (Pesero).

Direktur Apexindo Pratama Duta Mahar Sembiring menyampaikan, perusahaan memiliki 4 kontrak jasa migas yang berjalan pada 2019. Sejumlah 3 kontrak merupakan perpanjangan dari 2018, sedangkan 1 kontrak dimulai awal tahun depan.

“Keseluruhan kontrak berasal dari grup Pertamina,” ujarnya baru-baru ini.

Tiga kontrak yang pemboran lepas pantai berasal dari Pertamina Hulu Mahakam. Perinciannya, 2 proyek swamp barge rig dan 1 proyek jack-up rig. Perseroan juga mendapat 1 kontrak pemboran darat.

Mahar menyebutkan, perseroan juga melihat peluang untuk mendapatkan sejumlah kontrak lain. Hal ini bertujuan memaksimalkan utilisasi aset sekaligus mendorong pendapatan perseroan.

Aset APEX mencakup 3 unit rig jack-up, 4 unit swamp barges, 8 unit rig darat, dan 1 unit Floating Production Storage Offloading (FPSO). Diharapkan pendapatan perseroan dapat semakin meningkat pada 2019 seiring dengan pertumbuhan utilisasi.

Per September 2018, APEX mengantongi pendapatan US$68,93 juta, naik 56,28% year on year (yoy) dari sebelumnya US$44,11 juta. Peningkatan pemasukan berasal dari segmen bisnis swampbarges US$18,12 juta dari per September 2017 senilai US$7,52 juta, dan jasa pemboran darat US$24,19 juta dari sebelumnya US$7,6 juta.

Dalam 9 bulan pertama 2018, rugi bersih perseroan mencapai US$34,66 juta. Posisi ini berbalik dari laba bersih US$13,75 juta per September 2018. Tingginya laba pada tahun lalu berasal dari pendapatan lain-lain bersih US$41,07 juta.

Mahar menyampaikan, ada sejumlah tantangan yang dihadapi perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Pertama, penurunan harga minyak global sejak 2016. Kedua, melesunya kegiatan investasi migas. Ketiga, transisi pengelolaan Blok Mahakam ke Pertamina EP mengurangi jam operasional.

Dalam waktu dekat, harga minyak mentah memang tengah memanas akibat upaya negara-negara produsen utama mengurangi produksi. Namun, harga belum mencapai level puncaknya pada 2014 senilai US$100 per barel.

Bila harga minyak meningkat, perusahaan berpeluang mendapatkan proyek dari rig-rig yang sebelumnya idle, karena dinilai tidak menguntungkan jika beroperasi. Selain itu, perseroan dapat meminta kenaikan tarif jasa kepada klien.

GM Marketing Apexindo Pratama Duta Irawan Sigit menambahkan, selain dari proyek migas, perusahaan juga mengincar jasa pemboran geothermal. Saat ini, perusahaan mengoperasikan rig 8 di Sumatera Selatan milik Pertamina Geothermal Energy.

“Selain jasa migas, kami juga melihat potensi proyek geothermal,” ujarnya.

Dia menambahkan, salah satu sebab laba perseroan tertekan per September 2018 ialah kebutuhan pembiayaan untuk pengaktifan kembali rig-rig yang idle. Sebelumnya rig itu tidak dioperasikan karena dinilai tidak menguntungkan.

Dalam 9 bulan pertama 2018 APEX mengucurkan belanja modal US$5 juta. Sampai akhir tahun diperkirakan pengeluaran capex tidak banyak bertambah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper