Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Rapuh Terbebani Sentimen Data Tenaga Kerja & Prospek Ekonomi

Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap mata uang euro dan yen Jepang pada perdagangan siang ini, Senin (10/12/2018), setelah rilis data payroll AS memicu spekulasi penghentian siklus penaikan tingkat suku bunga oleh Federal Reserve AS.
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap mata uang euro dan yen Jepang pada perdagangan siang ini, Senin (10/12/2018), setelah rilis data payroll AS memicu spekulasi penghentian siklus penaikan tingkat suku bunga oleh Federal Reserve AS.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama di dunia turun 0,02% atau 0,018 poin ke level 96,496 pada pukul 11.39 WIB.

Pergerakan indeks dolar AS sebelumnya dibuka dengan penguatan 0,201 poin atau 0,21% di level 96,715, setelah pada perdagangan Jumat (7/12) berakhir melemah 0,31% atau 0,296 poin di posisi 96,514. 

Pada saat yang sama, nilai tukar euro terpantau lanjut menguat 0,42% ke US$1,1427, setelah berakhir naik tipis 0,04% di US$1,1379 kemarin. Adapun nilai tukar yen Jepang menguat 0,27% atau 0,30 poin ke 112,44 yen per dolar AS pada pukul 11.49 WIB.

Dilansir dari Reuters, data nonfarm payroll menunjukkan pertambahan sebesar 155.000 pekerjaan bulan lalu, di bawah perkiraan median ekonom untuk 200.000 pekerjaan. Sementara itu, tingkat upah membukukan kenaikan yang lebih kecil daripada yang diperkirakan meskipun kenaikan tahunannya tetap mendekati tingkat tertinggi dalam hampir satu dekade.

Sejumlah pembuat kebijakan The Fed telah menyuarakan nada hati-hati tentang prospek ekonomi AS. Hal ini memunculkan spekulasi titik balik dalam kebijakan moneter bank sentral AS tersebut.

Gubernur Federal Reserve Lael Brainard pada hari Jumat (7/12) mengatakan bahwa gambaran ekonomi secara luas terlihat positif tetapi risiko tampak tumbuh di luar negeri dan di pasar obligasi AS.

Presiden The Fed wilayah St. Louis James Bullard pun mengutarakan kembali seruannya agar The Fed menghentikan siklus kenaikan suku bunga saat ini.

“The Fed pasti akan menaikkan suku bunga bulan ini tetapi pasar berpikir The Fed bisa menunjukkan tidak akan terburu-buru untuk menaikkannya lebih jauh. Spekulasi seperti itu telah berkembang lebih jauh setelah rilis data,” kata Akinori Fukushima, kepala manajer forex di Mitsubishi Trust and Banking.

Para investor juga semakin khawatir bahwa meningkatnya ketegangan dengan China dapat berdampak pada ekonomi AS.

Kendati Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyepakati periode ‘gencatan senjata’ selama 90 hari pada awal bulan ini, Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer pada hari Minggu (9/12) mengatakan adanya tenggat waktu yang tegas, dengan mencatat bahwa negosiasi perdagangan AS-China perlu mencapai akhir yang sukses pada 1 Maret.

Ketegangan baru antara kedua negara berkobar pekan lalu setelah Meng Wanzhou, Chief Financial Officer (CFO) Huawei Technologies ditangkap di Vancouver atas permintaan Amerika Serikat.

Posisi indeks dolar AS                                                                        

10/12/2018

(Pk. 11.40 WIB)

96,496

(-0,02%)

7/12/2018

 

96,514

(-0,31%)

6/12/2018

 

96,810

(-0,27%)

5/11/2018

97,070

(+0,11%)

4/11/2018

96,965

(-0,08%)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper