Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) menyebut rendahnya dana kelolaan pensiun yang diinvestasikan pada instrumen saham disebabkan oleh kekhawatiran pengelola pada profil risiko pasar modal.
Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia Suheri menyampaikan jika dilihat secara industri, potensi dana kelolaan dapen masuk pasar modal dapat mencapai 35%. Angka itu, lanjutnya, dapat diperoleh pengelola dapen melalui pengelompokan produk investasi sesuai karakteristiknya.
“Kalau ditanya idealnya berapa, secara industri bisa 35%. Bisa dengan penyesuaian karaktersitik, kalau pesertanya masih muda, dana pensiunnya dapat diinvestasikan dalam jangka panjang, bisa diinvestasikan di saham,” ungkap Suheri di Jakarta, Kamis (1/11).
Heri menyampaikan saat ini sebagian besar dana kelolaan pensiun diinvestasikan oleh pengelola pada deposito yaitu sebesar 26%, sebagiannya lagi menyebar pada fixed asset lain. Di pasar modal hanya 11,91% dapen yang diinvestasikan, sedangkan pada produk reksadana merupakan yang terkecil yaitu 6%.
Salah satu dorongan yang dilakukan direksi ADPI adalah dengan merekomendasikan investasi pada emiten-emiten yang secara fundamental memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang.
Selain itu, untuk mendapatkan informasi tentang emiten-emiten yang potensial, asosiasi juga mendorong interaksi antara pengelola dapen dengan Manajer Investasi yang lebih memahami dinamika pasar modal.
Tantangan lainnya yang dialami pengelola dapen adalah koordinasi dengan pihak pendiri dan pengawas. Jika pengelola akan menginvestasikan dapen di pasar modal, maka harus dapat mempertanggungjawabkannya pada pendiri dan pengawas.
“Saham itu kalau pun sedang drop, secara historis akan bangkit lagi. Seberapa besar kembalinya memang kita tidak bisa mengetahui. Tapi saat-saat pasar seperti ini [sedang lesu] seharusnya bisa masuk [mulai investasi saham],” ujar Suheri.
Adapun, saat ini ADPI membawahi total 232 anggota yang merupakan pengelola dana pensiun, dengan total dana kelolaan sebesar Rp254 triliun. Anggota dengan dapen paling besar yaitu PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Pertamina (Persero).