Bisnis.com, JAKARTA – Emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. membukukan pendapatan sebesar Rp99,2 triliun pada periode yang berakhir 30 September 2018, nilai tersebut terkerek tipis 2,27% dibandingkan dengan capaian perseroan pada periode sama tahun lalu (yoy).
Jumlah pendapatan perseroan tersebut lebih rendah dari konsensus analis yang disurvei Bloomberg yang memprediksi hingga kuartal III/2018 Telkom mampu mengantongi hingga Rp100,54 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, emiten dengan sandi TLKM tersebut mencatatkan kenaikan seluruh beban selama Januari—September 2018. Hanya beban karyawan dan beban pemasaran perseroan yang naik tipis masing-masing 2,79% dan 12,31%.
Selebihnya, beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi perseroan naik 23,32% menjadi Rp33,43 triliun, beban penyusutan dan amortisasi meningkat 8,12% ke level Rp15,87 triliun, beban interkoneksi naik 43,31% ke lebel Rp3,07 triliun, dan beban umum dan administrasi naik 21,63% ke level Rp4,5 triliun.
Kenaikan pendapatan yang sangat tipis pun tak bisa mengimbangi kenaikan beban perseroan. Alhasil, emiten telekomunikasi pelat merah tersebut membukukan penurunan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 20,58% ke level Rp14,32 triliun.
Kalangan analis telah memprediksi laba perseroan akan turun, mengingat pendapatan yang tergerus dalam setelah implementasi kebijakan registrasi kartu prabayar. Pasalnya, Telkomsel berkontribusi lebih dari 60% pada laba bersih perseroan.
Sebagai catatan, persentase penurunan laba bersih tersebut mengecil dari kinerja perseroan selama semester I/2018 saat perseroan membukukan penurunan bottomline sebesar 28,1%.
Menurut Direktur Keuangan Telkom Indonesia Harry Zen, perseroan masih mampu mengantisipasi risiko penurunan lebih dalam dari kebijakan registrasi kartu prabayar.