Bisnis.com, JAKARTA – Emiten jasa logistik yang baru saja melantai di bursa saham, PT Satria Antaran Prima Tbk. optmistis dapat berkompetisi dengan perusahaan sejenis melalui fokus pada pasar-pasar spesifik. Tahun ini, perseroan mematok pertumbuhan pendapatan dapat mencapai minimal 50%.
Emiten dengan sandi SAPX tersebut berkompetisi dengan pemain sejenis dengan masuk pada pasar-pasar yang tidak banyak digeluti perusahaan lain. Upaya tersebut diyakini akan menjadi keunggulan perusahaan untuk mengeruk pendapatan.
Direktur Utama Satria Antaran Prima Budiyanto Darmastono menyampaikan saat ini perusahaan fokus menggarap pasar perusahaan perbankan yang belum banyak pemainnya. Selain itu, perseroan juga terus mengembangkan skema pengiriman berbasis cash on demand (COD).
“Perusahaan kami menggarap pasar perbankan, di mana yang masuk ke industri ini hanya 10 perusahaan kurir dari ratusan yang ada. Untuk layanan pengantaran barang juga banyak, namun yang bisa layanan COD hanya 7 perusahaan kurir yang masuk,” ungkap Budiyanto di Jakarta, Rabu (3/10).
Budiyanto menjelaskan perusahaan logistik dan kurir Tanah Air tidak memiliki skema pelaporan aktivitas bisnis sehingga sulit untuk menentukan pangsa pasar perseroan. Untuk dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar, SAPX berencana mulai agresif membuka outlet pada tahun depan.
Berdasarkan catatan perseroan, per akhir tahun lalu SAPX memiliki 70 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Sepanjang tahun ini, perseroan menargetkan penambahan 5—6 outlet, dan dua di antaranya telah dibangun di Gianyar dan Bali.
Pada tahun depan, perseroan menargetkan dapat membuka hingga 1.000 outlet. Nantinya, outlet baru perseroan tidak hanya membuka jasa pengiriman barang namun perusahaan yang bekerja sama juga dapat melakukan drop off barang ke outlet tersebut.
Satria Antaran Prima melakukan penawaran saham perdana dengan melepas 433.333.300 lembar atau 52% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO. Bertindak sebagai perusahaan penjamin emisi efek yaitu RHB Sekuritas Indonesia.
Dengan harga penawaran sebesar Rp250, perseroan mengantongi dana sebesar Rp108,3 miliar. Sebesar 61,5% dari dana IPO digunakan perseroan untuk membayar pinjaman perseroan yaitu obligasi wajib konversi (OWK) yang diterbitkan pada 2016. Sisa dana IPO sebesar 38,5% akan digunakan perseroan untuk modal kerja.
Dengan penambahan outlet dalam jumlah besar tersebut, perseroan menargetkan pendapatan pada tahun ini dapat mencapai Rp250 miliar, atau meningkat 68,7% dibandingkan pendapatan perseroan pada 2017. Perseroan masih enggan menyebut target laba bersih pada 2018.
Selain menambah volume outlet, perseroan juga akan mendapatkan beberapa pelanggan baru dari segmen e-commerce seperti JD.ID dan Zalora.
“Untuk perbesar segmen e-commerce, kami hanya perlu menambah kurir dan menyewa motor jadi investasinya tidak besar,” ungkap Budiyanto.