Bisnis.com, JAKARTA – Emiten produsen roti PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. menyebut perseroan akan mampu menangkal dampak dari kenaikan harga tepung terigu yang diprediksi akan segera diimplementasikan produsen terigu nasional.
Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) sebelumnya menyampaikan bahwa produsen tepung terigu akan melakukan penyesuaian harga jual, merespons tren pelemahan rupiah terhadap dolar meningat bahan baku terigu yaitu gandum masih diimpor 100%.
Harga gandum saat ini dalam tren naik karena faktor kekeringan di beberapa negara bagian Australia. Selain itu, negara pengekspor gandum yang lain, seperti Rusia, mengeluarkan kebijakan untuk mengenakan bea keluar untuk menjaga pasokan dalam negeri karena musim kemarau. (Bisnis, 18/9)
External Communications Head Nippon Indosari Corpindo Stephnen Orlando menyampaikan kenaikan harga tepung terigu yang diakibatkan oleh pelemahan rupiah tersebut masih dapat ditangkal oleh perseroan. Kendati demikian, Nippon Indosari Corpindo akan terus memantau harga bahan baku utama tersebut.
“Kami akan melihat perkembangan kondisi yang terjadi namun kabar baiknya adalah kami tidak melakukan impor [menyerap terigu dari dalam negeri]. Hanya tepung terigu yang terkena dampak karena gandum yang diimpor sehingga dampaknya tidak terlalu besar,” jelas Stephen, belum lama ini.
Stephen menyampaikan, harga tepung terigu memang terdampak langsung oleh pemelahan rupiah, tetapi perseroan telah membukukan kontrak jangka panjang yaitu sampai dengan akhir tahun dengan para pemasok bahan baku perseroan.
Oleh karena itu, emiten dengan sandi ROTI tersebut mampu meminimalkan risiko negatif yang ditimbulkan dari penyesuaikan harga tepung terigu oleh produsen nasional.
Adapun, laba bersih Nippon Indosari Corpindo pada semester I/2018 lalu sempat mengalami tekanan akibat kenaikan beban perseroan. Berdasarkan laporan keuangan, ROTI membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp39,97 miliar, turun 19,8% dari posisi Rp49,84 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Padahal, penjualan ROTI pada paruh pertama tahun ini senilai Rp1,27 triliun, tumbuh 7,62% dari posisi Rp1,18 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, beban usaha dan beban operasional ROTI pada semester I/2018 masing-masing senilai Rp666,03 miliar dan Rp1,3 miliar, masing-masing naik 24,77% dan 49,5% year on year.
Untuk dapat mengendalikan laju penurunan laba bersih, ROTI menyampaikan akan konsisten melakukan efisiensi. Pasalnya, meski penjualan perseroan meningkat, volume retur yang cukup tinggi juga mengganggu raihan laba bersih perseroan.