Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rig AS Bertambah, Harga Minyak Mentah Tertekan

Perusahaan energi Amerika Serikat pada pekan lalu telah menambah rig atau instalasi pengeboran minyaknya untuk kedua kalinya dalam tiga pekan terakhir karena tambahan pengeboran minyak baru sebelumnya terhenti sejak Juni di ladang minyak terbesar di AS.
Sebuah soket pompa yang pernah digunakan untuk membantu mengangkat minyak mentah dari sumur Eagle Ford Shale, Dewitt County, Texas, Amerika Serikat./Reuters
Sebuah soket pompa yang pernah digunakan untuk membantu mengangkat minyak mentah dari sumur Eagle Ford Shale, Dewitt County, Texas, Amerika Serikat./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan energi Amerika Serikat pada pekan lalu telah menambah rig atau instalasi pengeboran minyaknya untuk kedua kalinya dalam tiga pekan terakhir karena tambahan pengeboran minyak baru sebelumnya terhenti sejak Juni di ladang minyak terbesar di AS.

Menurut data perusahaan layanan energi Baker Hughes milik General Electric Co., pengebor minyak AS menambah tujuh rig minyak pada pekan 14 September, kenaikan mingguan terbesar dalam sebulan terakhir, membawa keseluruhan total rig di AS mencapai 867 unit.

Bjarne Schieldrop, Kepala Analis Komoditas di SEB, menuturkan bahwa satu-satunya jalan untuk menghambat kinerja pengebor minyak di Permian adalah dengan penurunan harga.

Jumlah rig AS, yang menjadi indikator awal untuk produksi di masa mendatang, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu ketika jumlah rig yang aktif hanya 749 unit karena banyak perusahaan energi yang memacu produksinya untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga minyak mentah pada 2018.

Namun, jumlah rig yang aktif bertahan di kisaran 860 unit sejak awal Juni karena harga minyak di wilayah Permian di Texas Barat dan Meksiko Baru anjlok karena kekurangan kapasitas pipa penyalur dan tidak ada infrastruktur yang memadai untuk memindahkan produksi minyak dari kedua wilayah tersebut.

Lebih dari 50% keseluruhan rig AS berlokasi di Permian Basin di Texas Barat dan Meksiko baru, wilayah ladang minyak terbesar di AS. Unit-unit yang aktif di wilayah tersebut berkurang satu pada pekan lalu menjadi hanya 483 unit, paling sedikit dejak Agustus lalu.

Lonjakan jumlah minyak dan gas telah mendorong produksi AS melambung ke atas 10 juta barel per hari pada tahun ini untuk pertama kalinya sejak 1970.

Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA) AS, dengan jumlah tersebut, produksi AS telah melampaui Rusia dan Arab Saudi sebagai produsen minyak mentah teratas dunia.

Namun, EIA pada bulan ini memprediksikan produksi minyak mentah AS pada 2019 akan bertumbuh melambat dari perkiraan sebelumnya.

Produksi minyak mentah AS diperkirakan hanya akan naik 840.000 barel per hari menjadi 11,5 juta barel per hari, lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan kenaikan hingga 1,02 juta barel per hari menjadi 11,7 juta barel per hari.

Harga minyak entah AS diperdagangkan di kisaran US$69 per barel, dalam jalurnya menuju kenaikan 2% selama sepekan terakhir karena pembicaraan tentang sanksi AS kepada Iran yang turut mendorong harga minyak Brent berjangka ke level tertinggi selama 3 ½ bulan ke posisi US$80 per barel pada pekan ini.

Pada perdagangan Senin (17/9), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan penurunan 0,08 poin atau 0,12% menjadi US$68,91 per barel. Adapun harga minyak Brent melanjutkan penurunan ke posisi US$77,99 per barel setelah melorot 0,10 poin atau 0,13% dari sesi perdagangan sebelumnya.

Sepanjang tahun ini, rata-rata harga minyak berjangka AS berada di posisi US$66,53 per barel. Harga tersebut naik jika dibandingkan dengan rata-rata US$50,85 per barel pada 2017 dan US$43,47 per barel pada 2016.

Untuk ke depannya, harga minyak mentah AS diperkirakan akan bertahan di kisaran US$69 per barel hingga akhir 2018 dan turun ke US$67 per barel sepanjang 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper