Bisnis.com, JAKARTA — Dana kelolaan produk investasi alternatif seperti kontrak investasi kolektif (KIK), dana investasi real estat (DIRE), dan efek beragun aset (EBA) pada Agustus 2018 tercatat turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Berdasarkan data Infovesta Utama, dana kelolaan atau asset under management (AUM) dari investasi jenis ini per Agustus senilai Rp3,9 triliun. Jumlah tersebut turun 8,66% dibandingkan dengan dana kelolaan per Juli 2018 yang mencapai Rp4,27 triliun.
Namun dari sisi nilai, jumlah dana kelolaan per akhir bulan lalu terbilang masih cukup tinggi. Pasalnya, selama ini rata-rata total dana kelolaan hanya berada pada kisaran Rp2 triliun.
Direktur Utama PT Reliance Manajer Investasi Edwin Teintang menilai, minimnya edukasi terhadap masyarakat menjadi tantangan bagi instrumen investasi ini untuk meningkatkan dana kelolaan.
"Market untuk investasi jenis ini cukup luas. Hanya saja memang butuh waktu untuk edukasi. Menurut kami prospek investasi alternatif ini ke depan sangat besar, hanya perlu edukasi yang lebih giat," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (13/9).
Salah satu produk yang menjadi tantangan adalah DIRE. Sampai saat , masih belum banyak dimanfaatkan baik oleh manajer investasi maupun masyarakat selaku investor. Menurutnya, saat ini masyarakat justru lebih aktif melakukan pembelian terhadap properti secara langsung.
Padahal, jika membeli properti langsung, dana yang dikeluarkan lebih besar. Ini berbeda dengan berinvestasi melalui DIRE bisa lebih terjangkau. "Misal beli properti langsung Rp600 juta, DIRE bisa jauh di bawah itu. Dengan DIRE property manageryang aktif menyari penyewa, bukan investor langsung," jelasnya.
Dia menambahkan, kondisi ini sama seperti awal kemunculan industri reksa dana di Tanah Air. Kala itu, manajer investasi cukup kesulitan memasarkan produknya hingga butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa mencatatkan dana kelolaan tinggi.
Sementara itu, pada akhir bulan ini, Reliance akan segera meluncurkan DIRE dengan proyek apartemen di kawasan Jakarta Barat. Saat ini, perseroan telah mengantongi komitmen dari investor senilai Rp60 miliar. "Saat ini sedang dalam proses bookbuilding, dan rencananya akan diluncurkan akhir bulan ini. Kami sudah mendapatkan komitmen dari investor senilai Rp60 miliar," kata dia.
Manajer investasi lain yang akan menerbitkan instrumen investasi alternatif adalah PT Danareksa Investment Management. Perusahaan pelat merah itu akan menerbitkan Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA).
Namun, hingga saat ini perseroan masih belum memastikan peluncuran produk tersebut, termasuk mengumumkan proyek yang dijadikan aset dasar. "Kami masih memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi market," kata Direktur Utama PT Danareksa Investment Management Marsangap P. Tamba.
Berdasarkan catatn Bisnis.com, rencana peluncuran KIK EBa itu akan dilakukan pada paruh kedua tahun ini dengan proyek kelistrikan. Adapun, nilai yang disasar adalah Rp1 triliun hingga Rp2 triliun.
Danareksa sebelumnya juga pernah menerbitkan KIK EBA. Tahun lalu, perseroan menerbitkan KIK-EBA dengan PT Indonesia Power. Produk bertajuk EBA Danareksa Indonesia Power PLN-1 itu bertenor lima tahun dengan target dana Rp4 triliun.