Bisnis.com, JAKARTA — PT PP Presisi Tbk. telah menambah 630 unit alat berat pada semester I/2018. Jumlah ini meningkat sekitar 36% menjadi 2.295 unit dari posisi pada akhir tahun lalu sebanyak 1.685 unit.
Penambahan alat berat itu terdiri dari dump truk sebanyak 600 unit dan truk mixer sebanyak 30 unit. Direktur Keuangan dan Sekertaris Perusahaan PP Presisi Benny Pidakso mengatakan, penambahan alat berat itu dilakukan untuk menghadapi peningkatan orderbook dari sejumlah proyek strategis.
Proyek-proyek infrastruktur yang sedang dikerjakan oleh perseroan saat ini adalah Tol Bakauheni-Sidomulyo, Tol Pandaan-Malang, Tol Manado-Bitung, Bendungan Way Sekampung, Bendungan Leuwi Keris. Sementara itu, proyek-proyek sipil yang akan dimulai adalah Proyek Runway 3 Bandara Soekarno Hatta Section 1 & 2.
“Total armada bergerak per Juni 2018 mencapai 2.295 unit dengan rata-rata umur 1,88 tahun. Ini berarti penambahan 610 unit dari total di Desember 2017 sebanyak 1.685 unit dengan umur rata-rata 2,49 tahun. Kami menyiapkan belanja modal Rp300 miliar untuk menambah alat berat pada tahun ini,” imbuhnya melalui keterangan resmi, Selasa (28/8/2018).
Meningkatnya proyek-proyek yang digarap perseroan tercermin dari kontrak baru pada semester pertama tahun ini sebesar Rp3,1 triliun. Sebagian besar kontrak baru yang didapat berasal dari sektor swasta (83%) dan di bidang pertambangan (79%). Target kontrak baru pada 2018 adalah Rp7,5 triliun.
Kenaikan kontrak baru ini terjadi seiring dengan transformasi bisnis yang dilakukan PPRE yaitu peningkatan engineering capacity dari coal hauling menjadi jasa pertambangan terintegrasi, serta memasuki bisnis dredging secara organik melalui kerjasama dengan BUMN lainnya.
Tambahan kontrak baru selama Juli sebesar Rp421,2 miliar, yang sebagian besar merupakan kontrak proyek runway Bandara Soetta Terminal 3-section 1 dan pekerjaan sipil Ruas Tol Gempol Pasuruan.
“Bersama dengan kontrak baru ini maka order book yang dihadapi oleh PPRE pada Juli 2018 adalah sebesar Rp12,5 triliun,” tambah Benny.
Dengan tambahan kontrak baru tersebut, PPRE yakin dapat mencapai target pendapatan sebesar Rp4,9 triliun pada tahun ini. Pada semester I/2018, pendapatan tercatat Rp1,33 triliun, atau 27% dari target setahun penuh.
Menurut Benny, hal ini wajar terjadi pada industri konstruksi yang memiliki siklus pendapatan yang membesar di kuartal keempat. Adapun, pendapatan pada semester I-2018 meroket 360% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp290 miliar.
Secara lebih rinci, Benny menjelaskan segmen pendapatan yang berkontribusi paling besar adalah pekerjaan sipil sebesar 76% dari total pendapatan. Sementara itu, laba bersih PPRE melonjak 418% menjadi Rp146,13 miliar pada semester I/2018 dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp28,17 miliar.
“Pertumbuhan ini tertinggi dibandingkan emiten-emiten konstruksi lainnya,” pungkasnya.