Bisnis.com, JAKARTA – Grup Sinar Mas berupaya memacu lini bisnisnya yang masih mengalami kelesuan di sektor perkebunan kelapa sawit dan telekomunikasi. Dua emiten yang menaungi sektor tersebut masing-masing ialah PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN)
Pada kuartal I/2018, pendapatan SMAR turun 7,86% year-on-year (yoy) menjadi Rp8,47 triliun, dan laba bersih merosot 76,83% yoy menuju Rp81,8 miliar. Sebelumnya, pada 2017 penjualan perusahaan itu naik 18,71% yoy menjadi Rp35,32 triliun, tetapi laba bersih turun 54,75% yoy menuju Rp1,17 triliun.
Adapun, FREN membukukan pertumbuhan pendapatan 18,01% yoy per Maret 2018 menjadi Rp1,2 triliun, dengan rugi bersih yang menurun 9,2% menuju Rp684,99 miliar.
Tahun lalu, pendapatan perusahaan melambung 28,35% yoy menjadi Rp4,67 triliun, tetapi rugi bersih membengkak 53,10% yoy menuju RpRp3,02 triliun.
Managing Director Sinar Mas Grup Gandi Sulistyo menyampaikan, kinerja kedua emiten yang melesu tak lepas dari kondisi industri perkebunan dan telekomunikasi yang mengalami banyak tekanan.
Harga minyak kelapa sawit atau CPO di tingkat global mengalami penurunan, sehingga memengaruhi kinerja perusahaan sawit secara umum. Adapun, persaingan di dalam industri telekomunikasi cenderung berat, terutama bagi pemain kecil seperti FREN.
Baca Juga
"Tentunya kami harus tetap berjuang dan melancarkan strategi agar kedua perusahaan mendapatkan pemasukan yang lebih besar," ujarnya kepada Bisnis, Senin (9/7/2018).
Untuk SMAR, sambung Gandi, perusahaan akan melakukan pembenahan di dua sisi, yakni hulu dan hilir. Di sektor hulu, manajemen melakukan kebijakan replanting, termasuk terhadap kebun plasma, agar produktivitas meningkat.
Di sektor hilir, perusahaan akan memacu produk-produk turunan CPO seperti biodiesel. Keberadaan produk bernilai tambah membuat harga jualnya turut meningkat dan menambah margin pendapatan.
Belum lama ini, Wakil Direktur Utama Sinar Mas Agro Resources and Technology Jimmy Pramono menyampaikan, perusahaan akan menitikberatkan pada strategi pada pemanfaatan teknologi untuk operasional, meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya, serta menghasilkan produk sawit olahan.
"Kuartal I/2018 masih menjadi periode menantang bagi industri sawit, tetapi kebutuhan pangan dan penggunaan biodiesel akan terus meningkat," ujarnya pada 27 Juni 2018.
Per Maret 2018, produksi tandan buah segar (TBS) mencapai 516.000 ton, turun 23% yoy akibat hambatan cuaca. Luasan kebun sebesar 138.000 ha, dengan 135.900 di antaranya merupakan area menghasilkan.
Sementara itu, Presiden Direktur Smartfren Telecom Merza Fachys menyampaikan, strategi perusahaan dalam memacu kinerja ialah melakukan efisiensi operasional dan meningkatkan pendapatan. Pendapatan dapat bertumbuh bila konsumsi pelanggan bertambah.
Untuk menarik konsumsi pelanggan, perusahaan berupaya meningkatkan pelayanan, terutama dari sisi jaringan data atau internet. Penguatan jaringan membuat akses internet menjadi lebih stabil.
"Dengan menggunakan Smartfren yang penting orang tidak pernah merasa terhambat menggunakan aplikasi apapun. Ini keunggulan kami, jaringannya stabil. Pelanggan tidak terlalu peduli dengan speed, tetapi kalau lemot baru dia cek speed," tuturnya.
Merza menuturkan, kinerja perusahaan pada semester I/2018 masih on track dengan target pertumbuhan pendapatan berkisar 10%–19%yoy sepanjang tahun. Pada kuartal II/2018, terjadi peningkatan konsumsi layanan seiring dengan momen Ramadan dan Lebaran.