Bisnis.com, JAKARTA – Emiten telekomunikasi PT Bakrie Telecom Tbk. menargetkan proses restrukturisasi utang melalui skema obligasi wajib konversi (OWK) dan cicilan tunai dapat segera di selesaikan pada akhir tahun ini.
Hingga akhir 2018, perseroan memprioritaskan mendistribusikan OWK pada kreditur yang memegang utang perseroan melalui Bakrie Telecom Pte. Ltd., afiliasi perseroan yang berbasis di Singapura.
Bakrie Telecom Pte. Ltd. Juga merupakan salah satu pihak yang turut memegang OWK dari Bakrie Telecom Indonesia. Kendati demikian, Bakrie Telecom Pte Ltd belum mendistribusikan OWK pada krediturnya secara merata.
Chief Financial Officer Bakrie Telecom Tbk. Aditya Irawan mengungkapkan peran kreditur di Singapura yang memegang utang perusahaan melalui Bakrie Telecom cukup signifikan, sehingga perseroan menargetkan proses exchange offer ditargetkan selesai tahun ini atau selambat-lambatnya kuartal I/2019.
“Bakrie Telecom Pte Ltd merupakan penerbit obligasi kami di Singapura, dan memiliki cukup banyak kreditur di belakangnya. Obligasi yang mereka pegang akan ditukarkan dengan obligasi baru yang merupakan bundle porsi tunai dan OWK dengan komposisi 30:70,” ungkap Aditya usah paparan public insidentil di Jakarta, Jumat (6/7).
Aditya menjelaskan untuk kreditur di Indonesia, emiten dengan kode saham BTEL tersebut memiliki total 50 investor yang memegang OWK, di mana salah satunya yaitu Huawei Tech Investment telah mengonversi obligasi perseroan sebesar Rp1,2 triliun dari total yang dikuasai yaitu Rp7,6 triliun.
Menurutnya, saat ini emiten telekomunikasi grup Bakrie tersebut tengah melangsungkan pembicaraan dengan lima pihak yang berencana melakukan konversi OWK dalam waktu dekat. Dari kelima pihak tersebut, salah satunya adalah Blackberry.
Sebagaimana diketahui, sejumlah entitas Grup Bakrie sedang berjuang melakukan restrukturisasi utang masing-masing, termasuk Bakrie Telecom. Emiten tersebut telah menempuh PKPU sehak 2014 untuk menyelesaikan total utang yang mencapai Rp11,4 triliun yang dikuasai total 580 kreditur domestik dan luar negeri.
Meski proses distribusi OWK pada kreditur di Singapura masih tersendat, BTEL telah mendistribusikan seluruh OWK-nya pada kreditur di Indonesia pada 2017. Saat ini, perseroan juga sedang menjalani proses Chapter 15 di Amerika Serikat dan masih menempuh restrukturisasi untuk utang Wesel Senior.
Sejak awal 2018, BTEL mendaftarkan permohonan Chapter 15 ahar hasil PKPU dapat diakui sebagai penyelesaian bagi kreditur di AS. Proses ini pun ditargetkan dapat selesai pada akhir tahun ini.
Adapun, proses exchange offer untuk menawarkan kreditur Wesel Senior berupa OWK dan porsi tunai sehingga dapat melakukan konversi ke saham BTEL, ditargetkan selesai pada awal tahun depan.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, BTEL membukukan pendapatan usaha sebesar Rp997 juta selama kuartal I/2018, meningkat 16,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Adapun, perseroan membukukan rugi bersih Rp174,97 miliar, menurun 8,3% dibandingkan dengan kuartal I/2017.