Bisnis.com, JAKARTA -- Harga logam industri mengalami tekanan akibat proyeksi penambahan pasokan di pasar dan sentimen perang dagang AS-China yang dapat melemahkan permintaan.
Pada penutupan perdagangan Jumat (22/6/2018), harga aluminium di London Metal Exchange (LME) turun 4 poin atau 0,18% menjadi US$2.175 per ton.
Harga tembaga dalam waktu yang sama meningkat 3 poin atau 0,04% menuju US$6.789 per ton. Harga seng turun 1 poin atau 0,03% menjadi US$2.917 per ton.
Adapun logam timah merosot 100 poin atau 0,49% menuju US$20.400 per ton.
Vivienne Lloyd, analis Macquarie, menyampaikan harga seng mencapai titik terendah sejak Agustus 2017 karena perhatian pelaku pasar terhadap kenaikan stok. Mengutip data di LME, stok seng mencapai 247.250 ton pada pekan ini, melonjak 87% sejak Maret 2018.
Laporan International Lead Zinc Study Group (ILZSG) juga menuliskan sekitar 880.000 ton kapasitas tambang seng global akan beroperasi pada 2018.
"Karena pasokan mengalami peningkatan, harga bergerak lebih rendah. Pelaku pasar juga menilai harga seng sudah terlalu mahal," ujarnya seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (23/6/2018).
Secara keseluruhan, logam tambang juga tertekan oleh makin sengitnya retorika perang dagang antara AS, China, dan Eropa. Hal ini dapat mengurangi sentimen dari sisi permintaan.
Selain itu, menurut International Copper Study Group, pasar tembaga olahan pada Maret 2018 mengalami surplus sebesar 55.000 ton. Jumlah itu menurun dari surplus pasokan pada Februari 2018 yang sejumlah 87.000 ton.
Informasi lain yang dipantau pasar terkait logam adalah ekspor timah dari Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada Jumat (22/6), pengapalan timah pada Mei 2018 melonjak 79% month-on-month (mom) menjadi 12.493,35 ton.