Bisnis.com, JAKARTA-Emiten perkebunan PT Provident Agro Tbk. (PALM) melalui anak usahanya berencana melakukan ekspansi bisnis sumber daya alam (SDA) selain sawit.
Presiden Direktur Provident Agro Tri Boewono menyampaikan, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLS), forum menyetujui dua aksi korporasi, yakni buyback sebanyak-banyaknya 153 juta lembar saham dan ekspansi ke bisnis non sawit. Namun, bisnis baru nantinya masih seputar Sumber Daya Alam (SDA).
"Ekspansi ke bisnis non-sawit karena manajemen ingin memberikan return lebih baik bagi pemegang saham. Makanya kami melihat kemungkinan masuk ke bisnis SDA lain [selain perkebunan sawit]," ujarnya usai RUPSLB, Senin (4/6/2018).
Saat ini, PALM memiliki 6 anak usaha yang bergerak di sektor perkebunan sawit. Sejumlah 4 perusahaan berada di Sumatera, sedangkan 2 lainnya beroperasi di Sulawesi.
Namun demikian, Tri masih enggan menjelaskan lebih lanjut bisnis baru yang dimaksud. Bila ekspansi nantinya berjalan lebih pasti, perseroan akan memberikan penjelasan dalam keterbukaan informasi.
Sekeretaris Perusahaan Provident Agro Devin Antonio Ridwan menyampaikan, ekspansi ke bisnis SDA non sawit di lakukan melalui salah satu anak usahanya. Dengan demikian, melalui RUPSLB perseroan sudah mengantongi izin dari pemegang saham.
Baca Juga
Sementara itu, Tri menjelaskan aksi buyback sebanyak-banyaknya 153 juta lembar saham setara dengan 2,15% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan. Tujuan aksi korporasi ini adalah mencapai struktur permodalan yang efisien, serta meningkatkan ROE dan EPS secara berkelanjutan. Alokasi dana buyback senilai Rp51,77 miliar, yang berasal dari kas internal.
"Strategi ini memberikan fleksibilitas lebih besar yang akan dimiliki perseroan dalam mengelola modal agar sruktur permodalan lebih efisien," paparnya.
Devin menuturkan, proses buyback PALM Akan dilakukan dalam waktu 12 bulan sejak disetujui, dihitung mulai 5 Juni 2018 sampai dengan 4 Juni 2019.
Perusahaan akan melihat potensi untuk meningkatkan EPS pemegang saham. Akhir 2017 lalu, EPS perseroan mencapai 9,59 kali.
Tentunya aksi buyback akan dilakukan sesuai peraturan OJK. Perihal harga pelaksanaan buyback, manajemen akan melihat kondisi market.
"Kami akan kalkulasi perkembangan pasar dalam melakukan buyback, dalam rentang waktu 12 bulan. Jadi [realisasi buyback] fleksibel," paparnya.
Pada 2017, PALM membukukan pendapatan Rp759,99 miliar, turun 35,03% year-on-year (yoy) dari sebelumnya Rp1,17 triliun. Laba bersih anjlok 68,85% yoy menjadi Rp68,28 miliar dari 2016 senilai Rp219,21 miliar.
Per Maret 2018, PALM memeroleh pendapatan Rp158,27 miliar, turun 21,41% yoy dari sebelumnya Rp201,39 miliar. Laba bersih anjlok 96,42% yoy menuju Rp1,46 miliar dari sebelumnya Rp41,39 miliar.