Bisnis.com, JAKARTA – Emiten produsen kertas berbasis di Bandung, PT Alkindo Naratama Tbk., menargetkan peningkatan laba bersih di atas 70% sepanjang 2018, mengacu pada kondisi pasar dan perokonomian nasional pada tahun ini.
Dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (22/5/2018) malam, perseroan mengungkapan target laba bersih mencapai Rp23 miliar dari realisasi 2017 yang sebesar Rp13,2 miliar. Adapun target pendapatan pada tahun ini yaitu Rp794 miliar atau lebih besar 12% dari realisasi 2017 yang sebesar Rp666,4 miliar.
Corporate Secretary Alkindo Naratama Kuswara mengungkapkan pada 2017, situasi perekonomian global dan kebijakan negara-negara besar memengaruhi harga kertas. Kenaikan harga bahan baku yang signifikan pun memberikan kontribusi negatif pada laba bersih perseroan pada tahun lalu.
“Kondisi global berpengaruh pada industri kertas, khususnya ketersediaan bahan baku untuk didaur ulang. Pada 2017, penjualan meningkat 6% tapi laba bersih turun 8% menjadi Rp13,2 miliar,” sebutnya.
Kuswara menyampaikan kondisi ekonomi 2017 memberikan tantangan berat pada kinerja emiten dengan kode saham ALDO tersebut. Selain itu, stabilitas politik pun menjadi faktor penting untuk memberikan keamanan dan kepastian hukum pada investor.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dilaksanakan perseroan, ALDO menyepakati penggunaan laba bersih sebesar 6,68% atau Rp880 juta sebagai dividen tunai dengan nilai Rp1,6 per saham. Sisanya sebesar Rp12,3 miliar atau 93,32% dari laba bersih akan digunakan sebagai laba ditahan perseroan.
Untuk dapat mencapai target penjualan tahun ini, perseroan akan melakukan beberapa upaya yaitu fleksibilitas dalam memproduksi permintaan pelanggan, efisiensi biaya produksi, rutin mengedukasi pasar, dan aktif mencari sumber pendanaan.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasian perseroan, pada kuartal I/2018 ALDO membukukan penjualan bersih sebesar Rp205,06 miliar atau tumbuh 17,85% dibandingkan capaian perseroan pada kuartal I/2017.
Kendati membukukan kenaikan penjualan double digit, laba perseroan pada periode tersebut tergerus 12,73% menjadi Rp6,44 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp7,38 miliar.