Bisnis.com, JAKARTA – Emiten konstruksi swasta, PT Mitra Pemuda Tbk. tengah mempersiapan penerbitan surat utang berjangka menengah (medium term notes/MTN) yang rencananya akan diterbitkan pada kuartal II ini.
Direktur Utama Mitra Pemuda, Bisman Novel Firdaus Simatupang mengungkapkan perseroan berencana menerbitan MTN dengan nilai Rp200 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk beberapa keperluan seperti penambahan modal kerja dan pembelian alat berat untuk pembangunan proyek.
“Kami menargetkan pada pekan depan sudah ada shadow rating-nya dari Pfindo [Pemeringkat Efek Indonesia] sehingga dalam satu bulan ke depan bisa dirilis. Waktunya tidak akan lama [setelah penerbitan peringkat] dan sejauh ini kami belum memperkirakan kuponnya,” ungkap Bisman di Jakarta, Selasa (15/5).
Bisman mengungkapkan, emiten dengan kode saham MTRA tersebut berencana memasarkan MTN tersebut di pasar lokal. Dengan kondisi rupiah yang sedang terdepresiasi, perseroan berharap dapat memperoleh tingkat kupon yang menarik.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Mitra Pemuda Agung Anggono mengungkapkan saat ini bunga terendah pada financing yang sedang dipegang perusahaan adalah 10,5%. Entitas menargetkan dapat memperoleh kupon yang lebih rendah dari nilai tersebut.
Agung menjelaskan dana MTN sebesar Rp200 miliar tersebut akan digunakan untuk beberapa keperluan yaitu menurunkan outstanding utang perusahaan, penambahan modal kerja, dan penambahan alat berat perusahaan.
“Funded loan perusahaan kami mungin saat ini posisinya sekitar Rp75 miliar. Per akhir tahun kemarin, termasuk lembaga keuangan, nilainya sekitar Rp100 miiar. Penggunaan untuk outstanding loan tidak akan sampai 50% [dari nilai MTN],” ungkap Agung.
Adapun, Mitra Pemuda membukukan pendapatan sebesar Rp50,46 miliar selama kuartal I/2018. Nilai tersebut tergerus sebesar 25,76% jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar Rp67,97 triliun.
Perseroan pun membukukan penurunan laba bersih yaitu sebesar Rp3,36 miliar selama kuartal I/2018, turun 37,2% (yoy). Bisman menyampaikan penurunan tersebut terdampak dari sektor konstruksi Tanah Air yang memang lesu pada awal tahun ini.
“Itu seiklus saja , karena belanja konstruksi sudah sangat besar pada kuartal III dan kuartal IV di tahun 2017,” ungkap Bisman.