Bisnis.com, JAKARTA – Emiten alat berat dan jasa pertambangan milik Grup Astra, PT United Tractors Tbk. berambisi memperbesar porsi pendapatan dari sektor yang tidak terkait pertambangan batu bara atau non-mining related untuk menghindari risiko volatilitas harga komoditas tersebut.
Dalam 5 tahun ke depan, perseroan menargetkan kontribusi llini yang tidak terkait batu bara dapat berkontribusi hingga 35%—40% pada total pendapatan konsolidasi. Saat ini, kontribusi dari sektor pertambangan batu bara pada pendapatan emiten dengan kode saham UNTR tersebut mencapai 85%.
Chief Financial Officer United Tractor Iwan Hadiantoro mengungkapkan saat ini, harga batu bara sedang tinggi namun sewaktu-waktu berpotensi jatuh dalam. Untuk itu, perseroan menyusun strategi untuk mengurangi ketergantungan pada bisnis terkait batu bara.
“Oleh karena itu dalam 2—3 tahun terakhir kamidiversifikasi ke bisnis-bisnis yang tidak terkait sektor pertambangan. Ke depan, kami berharap Acset dapat menjadi backbone untuk United Tractors,” ungkap Iwan di Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Iwan menyampaikan dalam 5 tahun ke depan, 35% pendapatan akan disumbangkan beberapa lini usaha baru perseroan seperti konstruksi, energi, dan pertambangan emas, yang proyek-proyeknya sudah dimulai pada 2—3 tahun terakhir dan diharapkan dapat mulai berkontribusi pada 2019.
Saat ini, kontributor terbesar pada pendapatan UNTR adalah entitas anak yang bergerak pada sektor terkait pertambangan batu bara yaitu Pamapersada Nusantara yang mencapai 45%. Penjualan permesinan dan alat berat menyumbang 40%, sedangkan sisanya disumbangkan lini usaha lain.
United Tractors membukukan pendapatan senilai Rp19,01 triliun pada kuartal I/2018, naik 38,97% dari sebelumnya Rp13,68 triliun. Pendapatan bersih per Maret 2018 mencapai 19,01 triliun, tumbuh 38,97% year on year (yoy) dari kuartal I/2017 senilai Rp13,68 triliun.
Laba bersih perseroan melonjak 68,59% yoy menjadi Rp2,54 triliun pada kuartal I/2018. Sebelumnya, pada kuartal I/2017 laba bersih UNTR sejumlah Rp1,50 triliun.
Pada tahun depan, perseroan akan mengoperasikan seluruh pembangkit PLTU Pama-1 yang terletak di Kalimantan Tenga dengan kapasitas 2x15 megawatt. Selain itu, PLTU Jawa-4 akan dioperasikan pada 2021. Pada semester II/2019, perusahaan juga akan mulai memproduksi emas di Sumbawa, NTB.
“Kami juga memiliki tambang emas yang mudah-mudahan sudah mulai berprodusi pada 2019. Harga emas lebih stabil dibandingkan thermql coal,” ungkapnya.
Tahun ini, perseroan mencadangkan belanja modal sebesar US$800 juta di mana sebesar US$650 jutanya akan digunakan untuk memasok alat berat. Iwan menyebut perseroan memiliki minat untuk mengakuisisi tambang komoditas non-batu bara, namun belum memiliki kesepakatan yang akan direalisasikan dalam waktu dekat.