Bisnis.com, JAKARTA – Harga logam dasar kompak memerah setelah miliuner Rusia Oleg Deripaska setuju mengurangi sebagian kontrolnya terhadap perusahaan logam terbesar ke dua di dunia United Co. Rusal.
Berdasarkan data yang dikutip dari Bloomberg, Senin (30/4/2018) perdagangan London Metal Exchange pada penutupan Jumat (27/4/2018) tercatat harga aluminium merosot 52 poin atau 2,29% menjadi US$2.223 per ton dan selama tahun berjalan mengalami penurunan sebesar 1,98%.
Harga tembaga juga menurun sebanyak 168 poin atau 2,41% menjadi US$6.797 per ton dan mengalami penurunan sebesar 6,21% secara year-to-date.
Adapun, harga seng turun 14 poin atau 0,45% menjadi US$3.121 per ton dan mengalami penurunan sebanyak 5,97% secara year-to-date.
Selanjutnya, harga nikel anjlok hingga 350 poin atau 2,46% menjadi US$13.885 per ton, namun selama tahun berjalan masih terhitung mengalami kenaikan sebesar 8,82%.
Penurunan terbesar terjadi pada komoditas logam timah yang mencapai 500 poin atau 2,34% menjadi US$20.900 per ton dan mengalami penurunan sebanyak 5,69% sepanjang tahun berjalan.
Menurut badan riset ANZ, keputusan Oleg Deripaska untuk memberikan sebagian kontrolnya terhadap Rusal untuk meringankan sanksi AS juga mendorong penurunan harga logam.
Pada pekan lalu, keseluruhan harga logam mengalami penurunan hingga 10% yang tercatat menjadi penurunan terbesar sejak 2008.
Kemerosotan harga sejumlah logam dasar juga disebabkan oleh menurunnya isu-isu geopolitik seperti perdamaian Korea Utara dan Selatan yang kemudian menarik banyak investor untuk kembali melakukan perdagangan untuk komoditas itu.
Meskipun mengalami penurunan pada Jumat lalu, hari ini harga logam dasar diprediksi akan menguat lagi setelah rilis data ekonomi China dan ketegangan geopolitik yang mulai mereda.
Untuk harga tembaga, International Copper Study Group meramalkan pasar global tembaga olahan akan rebound dari defisit sebanyak 163.000 ton tahun lalu menjadi surplus tipis sebanyak 40.000 ton pada 2018 sebelum kembali defisit sebanyak 330.000 ton pada 2019.
Dikutip dari Reuters, kondisi permintaan tembaga saat ini masih baik di pasar tembaga, dengan trend pada produksi bahan mentah dan pasokan olahan membatasi pengetatan pasokan bahan di pasar,” ujar analis Deutsche Bank Nicholas Snowdon.
Berlainan dengan pendapat International Copper Study Group, Snowdon memprediksi defisit pasar tembaga akan berada pada 60.000 ton tahun ini, naik dari perkiraan sebanyak 45.500 ton pada Januari lalu.