Bisnis.com, JAKARTA—Emiten tambang PT Golden Energy Mines Tbk., (GEMS) menargetkan pendapatan pada 2018 mencapai US$959 juta ton, naik 26,27% dari realisasi sebelumnya senilai Rp759,45 juta ton.
Presiden Direktur Golden Energy Mines Bonifasius menyampaikan, pada 2018 perusahaan menargekan volume produksi dan penjualan batu bara sejumlah 21,8 juta ton. Volume tersebut meningkat dari realisasi produksi dan penjualan 2017 masing-masing sebesar 15,6 juta ton dan 17 juta ton.
Produksi paling besar berasal dari anak usahanya PT Borneo Indobara (BIB), yang telah mendapat persetujuan produksi dari pemerintah sejumlah 17,2 juta ton pada 2018. Anak usaha lainnya lainnya, yaitu PT Kuansing Inti Makmur (KIM) diperkirakan berkontribusi 2 juta—3 juta ton.
Selanjutnya, PT Trisula Kencana Sakti (TKS) akan memulai produksi perdana pada tahun ini. Bulan depan peralatan sudah tiba di TKS, sehingga operasional dapat berjalan.
TKS diharapkan menghasilkan batu bara sejumlah 300.000 ton dengan kalori tinggi 5.500 Kcal/kg. GEMS sudah mendapatkan kontrak pembelian dari perusahaan kimia.
“Karena ada peningkatan dari sisi volume, kami menargetkan pendapatan 2018 mencapai US$959 juta. Namun, kemungkinan laba bersih stagnan atau sama dengan tahun sebelumnya,” ujarnya, Selasa (10/4/2018).
Baca Juga
Dalam laporan keuangan 2017, penjualan neto GEMS mencapai US$759,45 juta atau setara dengan Rp1,03 triliun, melonjak 97,60% year on year (yoy). Adapun, laba bersih mencapai US$117,72 juta atau Rp159,51, melambung 241,71% yoy.
Bonifasius berpendapat, target laba bersih yang moderat disebabkan proyeksi mendinginnya harga batu bara 2018. Perusahaan memasang bujet harga pada tahun ini di kisaran US$80—US$85 per ton.
Terkait belanja modal, perusahaan mengalokasikan dana US$30 juta pada 2018, melonjak dari realisasi 2017 sebesar US$9,5 juta. Sumber pendanan 30% berasal dari kas internal, sedangkan 70% dari pinjaman perbankan.
Pada Juni dan Agustus 2017, GEMS menandatangai perjanjian fasilitas kredit dengan Bank Mandiri untuk modal kerja US$35 juta, term loan financing US$50 juta, term loan belanja modal US$50 juta.
Belanja modal digunakan untuk tiga item penting, yakni pembangunan stockpile dekat pelabuhan, menambah kapasitas conveyor dari 3.000 ton per jam menjadi 5.000 ton per jam, dan meningkatkan kapasitas angkut truk setra trailer dari 28 ton menjadi 150 ton. Sisanya dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur lainnya.