Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang tahun berjalan, kapitalisasi pasar 9 dari 10 biggest market cap nasional tercatat mengalami koreksi dalam rentang 4%--17,8%, dengan penurunan kapitalisasi pasar terbesar dialami PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. atau TLKM yang pada 6 April sudah turun 17,8% ke level Rp367,9 triliun.
Hanya PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang mampu mempertahankan kenaikan nilai kapitalisasi pasar. Per 6 april lalu, market cap bank milik Djarum tersebut Rp566,9 triliun atau sudah tumbuh 3,8%. Secara total, nilai 10 biggest market cap rata-rata telah turun 2,8%.
Memasuki April 2018, kondisi pasar modal nasional malah lesu. Sedikitnya ada dua faktor utama yang menjadi alasan kewaspadaan investor untuk masuk ke pasar modal Tanah Air.
Pertama, sejumlah lembaga pemeringkat politik meyakini popularitas Joko Widodo masih sangat baik untuk kembali maju pada Pilpres 20118. Hal ini membuat bekas Walikota Solo tersebut tersebut dinilai sedang play safe dengan tidak banyak mengintervensi kebijakan makro ekonomi nasional.
Kedua, ketegangan antara dua raksasa ekonomi dunia yaitu Amerika Serikat dan China diprediksi terus berlangsung sepanjang tahun ini. Persoalan kedua Negara tersebut dinilai akan memengaruhi fundamental ekonomi nasional.
Sepanjang tahun berjalan, harga saham sepuluh perusahan dengan kapitalisasi pasar terbesar nasional telah terkoreksi 9,4%. Rendahnya intervensi pemerintah dan ketegangan AS-China diprediksi akan terus membuat investor sangat berhati-hati masuk ke pasar modal domestik.
Baca Juga
Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Research, Taye Shim menyampaikan saat ini investor asing memilih untuk tetap waspada. Untuk tetap dapat mencapai pertumbuhan ekonomi di level 5,3%, Taye mengatakan pemerintah perlu masif menata harga barang dan menjaga inflasi.
“Kami berpendapat investor masih mengetatkan kantongnya untuk berinvestasi. Ada dua hal yang dapat dilakukan yaitu menggunakan metode bottom up dalam memutuskan investasi, dan fokus pada sektor yang market cap-nya tidak besar atau yang kepemilikan investor asingnya masih sedikit,” ungkap Shim di Jakarta, Selasa (10/4/2018).
Shim menyampaikan ketegangan antara AS dan China akan sangat memengaruhi fundamental perekonomian Indonesia. Sejauh ini, pasar modal domestik yang underperformance disebabkan oleh net-sell asing.