Bisnis.com, JAKARTA-Emiten perkebunan sawit dan industri kayu PT Dharma Satya Nusantara Tbk., (DSNG) memberikan dividen tunai sebesar Rp104,6 miliar atau setara dengan 18% total laba bersih perseroan pada 2017.
Pada Senin (2/4/2018), DSNG menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Salah satu keputusan yang diambil dalam rapat ialah persetujuan pemberian dividen tunai.
Direktur Utama DSNG Andrianto Oetomo menyampaikan, RUPST menyetujui memberikan dividen tunai sebesar Rp104,6 miliar atau Rp10 per saham. Jumlah dividen tersebut mencakup 18% dari total laba bersih perseroan pada 2017 senilai Rp585,2 miliar.
"Sesuai peraturan OJK, dividen akan dibayarkan selambat-lambatnya 30 hari setelah pengumuman risalah RUPST," paparnya, Senin (2/4/2018).
Dalam laporan keuangan 2017, manajemen DSNG menyebutkan penjualan perusahaan meningkat 32,99% year-on-year (yoy) menjadi Rp5,16 triliun dari sebelumnya Rp3,88 triliun.
Pasar lokal berkontribusi Rp4,34 triliun, naik dari sebelumnya Rp3,02 triliun, sedangkan ekspor mencapai Rp822,50 miliar, turun dari 2016 senilai Rp855,54 miliar.
Penjualan kepada pelanggan yang melebihi 10% dari total penjualan neto ialah kepada PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk., (SMAR) sebesar Rp2,04 triliun, naik dari sebelumnya Rp1,62 triliun.
Selanjutnya, pemasaran ke PT Wilmar Nabati Indonesia senilai Rp1,34 triliun, meningkat dibandingkan 2016 sejumlah Rp1,02 triliun.
Laba operasi mencapai Rp1,19 triliun, menanjak signifikan dari 2016 senilai Rp436,18 miliar. Adapun, laba bersih atau laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2017 sebesar Rp585,15 miliar, melonjak 133,40% yoy dari sebelumnya Rp250,71 miliar.
Tahun ini, DSNG brencana membangun PKS ke-8 berkapasitas 30 ton per jam di Kalimantan Barat. Total kapasitas produksi PKS perusahaan dapat mencapai 480 ton per jam.
"Kami juga menambah 1 Kernel Crushing Plant yang memproduksi palm kernel oil [PKO] dengan kapasitas 200 ton per hari," ujarnya.
Menurut Adrian, setelah dua tahun sebelumnya mengalami gejolak bisnis akibat dalam El-Nino, tahun 2017 menjadi titik balik peningkatan kinerja. Peningkatan produksi terjadi sejalan dengan pertumbuhan harga CPO global dibandingkan 2016.
Produksi TBS pada 2017 mencapai 1,55 juta ton, naik 41,6% yoy. Adapun, produksi CPO meningkat 34,3% yoy menuju 403.638 ton, sedangkan penjualannya tumbuh 31,5% yoy menjadi 457.973 ton.
"Harga rata-rata CPO perseroan juga meningkat 8% menjadi Rp8,1 juta per ton dari 2016 sebesar Rp7,5 juta per ton," paparnya.
Jumlah area lahan tertanam sampai akhir 2017 mencapai 90.288 hektare (ha), dengan 69.369 ha merupakan kebu inti. Usia rata-rata tanaman ialah 8,6 tahun dengan sekitar 72.345 ha kebun sudah menghasilkan.