Bisnis.com, JAKARTA-PT Indo Tambangraya Megah Tbk. rajin membagikan dividen. Selain dividen, faktor apa lagi yang menjadi daya tarik emiten tambang berkode saham ITMG ini?
Akhir pekan lalu, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ITMG memutuskan alokasi dividen final sebesar US$252 juta atau hampir 100% dari raihan laba bersih perseroan tahun buku 2017 yang mencapai US$252,61 juta.
Dividen itu terbagi menjadi dividen interim sebesar Rp1.300 per saham atau senilai total US$105 juta dan dividen tunai sebesar Rp1.840 per saham atau senilai total US$147 juta. Dividen interim telah dikucurkan pada 21 November 2017 dan dividen tunai akan dibagikan pada 20 April 2018.
"Sisa laba [sekitar US$703.000] digunakan untuk pengembangan perseroan," papar Direktur Indo Tambangraya Megah Yulius Gozali.
Tak hanya kali ini ITMG royal membagikan dividen. Dua tahun sebelumnya, ITMG juga membagikan lebih dari 99% laba bersih perseroan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen.
Pada 2015, pemegang saham menerima dividen sebesar 99,9% laba bersih atau senilai US$63,03 juta. Adapun pada 2016, 99,84% perolehan laba bersih ITMG yang mencapai US$130,5 juta juga dibagikan sebagai dividen.
Besarnya dividen ITMG tidak terlepas dari lonjakan laba bersih perseroan. Tahun lalu, pundi-pundi ITMG meningkat 93,26% year-on-year dari US$130,71 juta menjadi US$252,61 juta.
Profitabilitas itu sejalan dengan pendapatan bersih yang meningkat 23,36% yoy dari US$1,37 miliar menjadi US$1,69 miliar pada 2017. Apabila dikonversi ke rupiah dengan kurs Rp13.548 per dolar AS, maka pendapatan yang dikantongi ITMG pada tahun lalu mencapai Rp22,89 triliun.
Tahun ini, kata Yulis, perusahaan membidik peningkatan pendapatan seiring dengan meningkatnya produksi batu bara, pengerjaan kontraktor, volume penjualan, dan memanasnya harga batu hitam.
"Worst case [estimasi pendapatan] sama seperti 2017. Tetapi tentunya kami optimistis produksi dan penjualan 2018 lebih baik, harga juga ok. Jadi [pendapatan 2018] cenderung bertumbuh," tuturnya.
Pada 2018, perusahaan menargetkan penjualan batu bara sejumlah 25 juta ton, naik dari realisasi 2017 sebesar 23,1 juta ton. Sekitar 53% dari target tersebut sudah laku terjual. Adapun, tingkat produksi juga dinaikkan menjadi 22,5 juta ton dari sebelumnya 22,1 juta ton.
Perusahaan mengalokasikan belanja modal senilai US$107,1 juta yang berasal dari kas internal. Posisi kas dan setara kas ITMG pada akhir tahun lalu mencapai US$374,23 juta.
Alokasi capex paling besar diberikan kepada anak perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan, yakni PT Tambang Raya Usaha Tama (TRUST) sebesar US$40 juta. Dana tersebut digunakan untuk pembelian alat dan pengembangan infrastruktur.
Yulius menuturkan, perusahaan juga berencana meningkatkan cadangan batu bara dengan menjajaki peluang mengakuisi tambang berkapasitas 5 juta ton pada 2018. Tahun lalu, cadangan batu bara ITMG mencapai 253 juta ton.
Di samping meningkatkan performa, ITMG berhasil menghemat biaya bahan bakar setelah membeli PT Gas Emas pada 2017.