Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Melemah, Ini Saham-Saham Second Liner yang Bisa Dijadikan Pilihan

Analis menilai tren penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terjadi sejak bulan lalu bisa dimanfaatkan investor untuk melakukan pembelian sejumlah saham.
Karyawan dan pelaku usaha berada di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan dan pelaku usaha berada di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Analis menilai tren penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terjadi sejak bulan lalu bisa dimanfaatkan investor untuk melakukan pembelian sejumlah saham.

Sebagai informasi, aksi profit taking membuat kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) terkontraksi 6,18% selama sebulan terakhir menuju level 6.210,69 pada penutupan perdagangan pekan silam.

Berdasarkan data Bloomberg, lima emiten yang terkontraksi dan dampak paling besar terhadap IHSG adalah PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM), PT Astra International Tbk. (ASII), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).

Dalam sebulan terakhir, lima emiten blue chip di atas masing-masing telah terkontraksi 13,74%, 8,73%, 9,06%, 6,67% dan 5,6%.

Sementara itu, lima saham emiten lapis dua yang kini menorehkan kinerja positif terhadap IHSG adalah PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP), PT Bank Mega Tbk. (MEGA), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM), dan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. (DNET) masing-masing naik 16,67%, 13,67%, 31,33%, 35,73% dan 15,56%.

Research analyst Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan, penurunan IHSG sejalan dengan aksi profit taking dari investor pasar modal. Selain itu, neraca perdagangan Indonesia sampai dengan Februari 2018 tercatat US$0,12 miliar, turun dari US$0,76 miliar pada Januari 2018. Secara kumulatif Januari-Februari 2018, neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit 0,87 miliar dolar AS.

Selain defisit neraca perdagangan, kata Robertus, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mendekati Rp13.700 hingga Rp13.800 per dolar, menjadi alasan yang sangat jelas bagi investor untuk merealisasikan keuntungan.

Menurutnya, penurunan ini hanya akan sementara saja, mengingat akan ada aktivitas pembagian dividen pada April 2018. Dia mengharapkan, aksi tebar-tebar dividen tersebut bisa menjadi penopang saham-saham emiten yang sempat menurun.

Dia mengungkapkan, saham-saham yang sudah turun cukup dalam seperti perbankan dan pertambangan, khususnya yang masuk dalam indeks LQ45, bisa dijadikan pilihan untuk berinvestasi kembali.

Baginya, BBNI, BMRI, PTBA, BUMI dan ADRO bisa dijadikan pilihan untuk dibeli kembali. Untuk investor yang berencana berinvestasi jangka panjang, kata Robertus, bisa membeli saham bank yang telah turun cukup dalam.

Terpisah, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat mengungkapkan, pasar saat ini memang cenderung fluktuatif, karena pengaruh global yang sebagian mengalami penurunan. Menurutnya, hal itu terjadi karena rencana AS yang ingin menaikan kembali suku bunga Fed Funds Rate (FFR).

Sebelumnya, Federal Reserve telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,5% hingga 1,75%. Di sisi lain, Gubernur Bank Sentral Amerika Jerome Powell juga berencana akan menaikkan hingga dua kali FFR.

Kendati begitu, Samsul mengatakan, bahwa fundamental ekonomi Indonesia cenderung cukup bagus. Dia mengatakan, ketidakpastian di Amerika Serikat juga akan berpengaruh pada keputusan investor dalam berinvestasi.

"Mungkin mereka hold dulu. Insyaallah dengan fundamental yang cukup baik, saya kira mereka akan tetap di Indonesia," tutur Samsul.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper