Bisnis.com, JAKARTA—Pendaftaran surat utang jangka menengah atau medium term notes/ MTN di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sudah mencapai Rp7,24 triliun dan US$44 juta hingga pertengahan Maret 2018.
Berdasarkan data KSEI, ada 5 MTN baru yang didaftarkan di KSEI pada Rabu (14/3/2018) lalu senilai total Rp1,35 triliun.
Kelimanya yakni dari PT Valbury Sekuritas Indonesia Rp50 miliar, PT Waskita Karya Realty Rp100 miliar, PT Barata Indonesia (Persero) Rp100 miliar, PT Kimi Farma (Persero) Tbk. Rp600 miliar, dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) Rp500 miliar.
Selain itu, ada satu MTN denominasi dolar AS yang dicatatkan Kamis (15/3/2018), yakni dari PT Suparma Tbk. senilai US$4 juta. Selain Suparma, emiten lain yang menerbitkan MTN dalam denominasi dolar AS tahun ini yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. senilai US$40 juta.
Dengan tambahan emisi baru MTN ini, total emisi MTN sudah mencapai Rp7,24 triliun. Emisi MTN ini berasal dari total 27 emiten dengan nilai emisi masing-masing kurang dari Rp1 triliun.
Di sisi lain, hingga Senin (12/3/2018) lalu, PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo masih mengantongi mandat pemeringkatan MTN senilai Rp29,78 triliun.
Baca Juga
Mandat pemeringkatan MTN ini lebih tinggi dari mandat pemeringkatan obligasi Rp18,51 triliun, penawaran umum berkelanjutan (PUB) baru Rp4,9 triliun, realisasi PUB lanjutan Rp10,74 triliun dan sekuritisasi Rp2 triliun.
I Made Adi Saputra, Head of Fixed Income Research MNC Sekuritas, mengatakan bahwa sejak tahun lalu tren penerbitan MTN cenderung meningkat. Beberapa emisi MTN berasal dari korporasi yang baru bertama kali menjajaki instrumen pasar modal.
Made mencatat, tahun lalu emisi MTN mencapai Rp23,16 triliun dalam denominasi rupiah, dan US$95 juta dalam denominasi dollar AS.
Tahun ini, nilai emisinya sudah dipastikan akan lebih tinggi, mengingat data KSEI dan Pefindo sudah menunjukan peningkatan signifikan di awal tahun, kecuali untuk denominasi dollar AS.
“MTN ini upaya emiten untuk mencari sumber pendanaan di capital market yang likuiditasnya juga masih ada. Investor juga di sisi lain ketika menghadapi instrumen deposito yang cenderung rendah imbal hasilnya, mereka akan cari alternatif penempatan dana juga di MTN sehingga ada pasarnya,” katanya, Kamis (15/3/2018).